Selasa, 23 Desember 2014

SAKRALNYA RUMAH TANA TORAJA


Kabupaten Tana Toraja adalah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan. Ibu kota kabupaten ini adalah Makale. Suku Toraja  yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia  yang asli dan mirip dengan budaya Nias. Daerah ini merupakan salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan.
Budaya & tradisi.      Tana toraja terbagi dalan sistem federasi pemerintahan adat dalam lima wilayah yakni : Makale, Sangala, Mengkedek, Rentepao, dan Toraja Barat. Di tiga daerah pertama, para strata bangsawan penyandang tampuk kekuasaan disebut Puang. Dalam sistim pemerintahan adat ini, hanya bangsawan yang dapat menjadi pemimpin. Sedangakan, Rentepao yang dipimpin  parangi dan Toraja Barat oleh ma’dika mereka yang berasal  dari kalangan bawah dapat menduduki posisi pimpinan. “Kasta tertinggi itu ada Tana Bulaan, runut ke bawah, Kasta Tana Bassi, Tana Karurung, dan Tana’Kua-kua.” Kata Frederik Buntang Rombelayuk, sesepuh Suku Toraja.
Rumah-rumah di sepanjang jalan toraja  memiliki atap seperti tanduk kerbau  yang melengkung. Seorang pemerhati adat Toraja, Joni Lisungan, menjelaskan “itu bukan rumah kami menyebutkan tongkonan,” ujarnya.  Tongkonan berasal dari kata dalam bahasa Suku Tana Toraja, tongkon yang artinya duduk bersama-sama. Bangunan yang terbuat dari kayu dengan gaya rumah panggung ini digunakan masyarakat adat sebagai tempt melakukan diskusi sosial.
Sekalipun ringan isu diskusinya, para sesepuh Tana Toraja tak akan merundingkannya di warung kopi tapi di tongkonan. Menurut Joni, masyarakat Toraja percaya bahwa  tongkonan dibangun pertama kali di surga. Dari kisah tongkonan ini pulalah, norma, adat, dan nilai Suku Toraja asli terbentuk.
Masyarakat  Suku  Toraja percaya bahwa mereka berasal dari surga tempat semua keindahan bermula. Ketika leluhur Suku  Toraja turun ke bumi, mereka mencoba membangun rumah yang sama seperti si surga.
Budaya & tradisi.     Ragam upacara besar dengan diisi persembahan puluhan kerbau atau tedong, babi, dan ayam pun digelar seiring degan pembangunan Tongkonan. Tujuannya sebagai sebagai bentuk permintaan izin kepada Sang Mahakuasa agar bangunan surga boleh didirikan di dunia. Disinilah, apa peristiwa yang dirasa Suku Toraja penting dan wajib diadakan upacara guna mendapatkan restu Ilahi. Dan dalam setiap upacara, harus ada tedong bonga (kerbau belang) yang disembelih.” Kata Joni.
Kerbau bagi  bagi masyarakat Toraja adalah hewan mewah yang menyimpan banyak daging sebagai asupan makanan. Maka tak heran di setiap upacara adat kerbau menjadi simbol status kemakmuran sebuah keluarga.
Keluarga mana yang bisa mempersembahkan banya kerbau dalam upacara adat maka mereka dianggap sebagai bangsawan. Atas status sosialnya ini,  mereka layak menduduki strata tertinggi di sistem  adat Toraja.


***) berbagai sumber

Minggu, 21 Desember 2014

Minuman Warisan Leluhur


Budaya & tradisi. Berdasarkan hasil Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja) 2012 terhadap 209 etnis  (20persen) dari total 1.068 etnis di 26 provinsi di Indonesia, di 26 provinsi di Indonesia, terdata ada sekitar 19.600 tumbuhan obat dan 15.500 ramuan yang memasyarakt. Dari temuan tersebut, tampak jelas bahwa jamu tak hanya ada di Pulau Jawa. Jika ditelisik lebih lanjut, jumlah tanaman herbal yang diramu tersebut tentu akan lebih banyak lagi variasinya.
Jamu sudah lama menjadi budaya & tradisi turun-temurun di Indonesia. Masyarakat dari sabang hingga Merauke memiliki jamu khasnya masing-masing. “Tiap suku dan wilayah geografis memiliki kearifan lokalnya tersendiri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama SpP MARS.
Tjandra merangkum ada sekitar 20 tumbuhan obat yang jama digunakan oleh sekitar 100 suku di Indonesia. Beberapa di antaranya ialah kunyit, sirih, bawang putih, jeruk nipis, pinang, mengkudu, kelapa, sosor bebek, sembung baju biji, jahe, kumis kucing, kencur dan sirsak. “di Indonesia            ada    jamu yang cukup dikeal luas, yakni jamu madura, bali dengan loloh, dan oukup dari Sumatera Utara, ucapnya.
Budaya dan tradisi kesedian jamu memang sangat beragam. Ada yang diminum dalam bentuk sirup, seduhan (bubuk), rebusan (simplisia), tablet, pil, dan ekstrak dalam kapsul. Ada juga yang diaplikasikan ke  permukaan kulit, misalnya, ramuan untuk luka baru, pilis (rempah yang ditempel di pelipis), mandi dengan daun mindi untuk meredakan rasa gatal pada kulit. Ada juga jamu luar (topical), seperti minyak gosok, aroma terapi serta olesan untuk mengempeskan bentor dan mengusir gatal akibat gigitan nyamuk dan serangga lain.
Setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda dalam mengomsusi jamu. Sebagian lebih menyukai jamu yang praktis diminum, mudah dibawa, dan rasa yang enak, “namun sebagian masyarakat memilih jamu yang mantap, yakni jamu yang memiliki rasa pahit, ujar Tjandra.

***)qommarria rostanti

Jumat, 19 Desember 2014

TRADISI BUDAYA MEKOTEK BALI

Tradisi & Budaya. Mungu adalah sebuah desa kecil yang terletak sekitar 10 kilo meter di sebelah barat kota Denpasar dan terhitung masuk kedalam kecamatan Mengwi, Badung. Desa kecil dengan rumah-rumah yang padat tipikal desa-desa kecil yang ada di Bali pada umumnya, jalannya kecil beraspal dan memiliki 12 Banjar yang jaraknya hampir berdekatan antara Banjar satu dengan Banjar lainnya. Persawahan justru banyak saya temui diluar areal pusat desa terutama wilayah bagian barat desa.
Tradisi & budaya Mekotek atau yang lebih di kenal dengan istilah Ngerebek biasanya dilaksanakan setiap Hari Raya Kuninagan yang biasanya jatuh setiap 6 bulan penanggalan Bali. Konon tradisi ini dilakukan karena dulu desa ini mengalami "grubug" yaitu meninggalnya penduduk desa secara terus menerus tanpa sebab yang pasti.
Upacara Mekotek dilaksanakan dengan tujuanmemohon keselamatan. Upacara yang juga dikenal dengan istilah ngerebek. Mekotek ini adalah warisan leluhur, adat budaya dan tradisi yang secara turun temurun terus dilakukan umat Hindu di Bali.
Pada awalnya pelaksanaan upacara Mekotekdiselenggarakan untuk menyambut armada perang yang melintas di Munggu yang akan berangkat ke medan laga, juga penyambutan pasukan saat mendapat kemenangan perang Blambangan pada masa kerajaan silam.
Tradisi Budaya   Mekotek berasal dari kebiasaan masyarakat Desa Munggu yang selalu memukul kayu hingga mengeluarkan bunyi tek-tek. Kebiasaan ini memang ritual dari tradisi mereka. Tradisi ini selalu diperingati hingga sekarang sebagai bentuk perayaan atas kemenangan pasukan kerajaan Mengwi yang berhasil mengalahkan pasukan dari kerajaan Blambangan. Selain itu tradisi tahunan yang diselenggarakan setiap Hari Raya Kuningan ini juga bertujuan untuk menolak bala. Dipercaya untuk mengusir perihal sial, seperti musibah wabah penyakit. Jadi ritual ini berfungsi untuk menghindarkan masyarakat sekitar agar jauh dari wabah penyakit yang mematikan.
Tradisi Mekotek ini diikuti oleh kaum pria mulai dari yang muda hingga orang tua. Mereka berbondong-bondong mengarak gunungan kayu dan memukulnya bergantian hingga mengeluarkan bunyi tek-tek. Upacara ini Makotek ini diikuti sekitar 2000 penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari umur 12 tahun hingga 60 tahun. Mereka mengenakan pakaian adat madya dengan hanya mengenakan kancut dan udeng batik dan membawa selonjoran kayu 2 meter yang telah dikuliti. Pada tengah hari seluruh peserta berkumpul di pura Dalem Munggu yang memanjang. Disana dilakukan upacara syukuran bahwa selama 6 bulan pertanian perkebunan dan segala usaha penduduk berlangsung dengan baik, setelah serangkaian upacara berlangsung, keseluruhan peserta melakukan pawai menuju ke sumber air yang ada di bagian utara kampung. Warga kemudian terbagi dalam beberapa kelompok . Di setiap pertigaan yang dilewati masing masing kelompok yang terdiri dari 50 orang akan membuat bentuk segitiga menggabungkan kayu-kayu tersebut hingga berbentuk kerucut lalu mereka berputar, berjingkrak dengan iringan gamelan. Pada saat yang tepat seorang yang dianggap punya nyali sekaligus punya kaul akan mendaki puncak piramid dan melakukan atraksi entah mengangkat tongkatnya atau berdiri dengan mengepalkan tangan, sambil berteriak laksana panglima perang mengkomamdoi prajuritnya untuk terus menerjang musuh lalu kemudian ditabrakkan dengan kelompok yang mendirikan tumpukan kayu yang lain. Sesampai di sumber air, tameng suci, segala perangkat upacara yang dibawa dari Pura Dalem diberi tirta air suci dan dibersihkan. Kemudian mereka melakukan pawai kembali ke Pura Dalem untuk menyimpan semua perangkat yang dibawa berkeliling tadi.
Karena tradisi yang unik dan bersejarah bagi Desa Munggu ini pun juga menarik kaum wisatawan untuk mengenalnya lewat pariwisata. Mengabadikannya dalam bentuk foto atau video karena semuanya memang diperbolehkan. Tradisi ini sebagai bentuk pengenalan terhadap dunia wisata di seluruh dunia.


***)berbagai sumber

Kamis, 18 Desember 2014

TRADISI, BUDAYA DAN KEPERCAYAAN



Tradisi & Budaya minum jamu sudah menjadi warisan leluhur. Minum jamu mampu membentuk karakter masyarakat sebagai usaha menjaga kesehatan. Pembuktian ilmiah jamu memang tidak mengikuti cara kodekteran konvensional. “Jamu sebagai bagian dari budaya bangsa yang memiliki ciri khas dan kekuatan, khasiatnya memang bergantung pada kepercayaan dari orang yang meminumnya,” ungkap peneliti jamu Dr dr Lestari Handayani usai meenyampaikan pidato pengukuhannya sebagai profesor riset di Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.
Tradisi, budaya.     Perkembangan jamu tidak lepas dari nilai budaya. Namun, untuk meraih khasiatnya, dibutuhkan adanya aspek kepercayaan,”Rasa dan khasiatnya akan berbeda antara orang yang percaya dan tidak.
Orang yang menyakini meminum jamu akan menyembuhkan dan memelihara kesehatan akan merasakan efeknya tersendiri. Efek yang sama tak akan dialami oleh mereka yang tidak memercayainya. “Dalam catatan sejarah, jamu telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional,” ucapnya.
Tidak semua jamu bisa dibuat sendiri di rumah. Namun, ada sejumlah jamu yang terbilang mudah untuk disiapkan.
Contohnya, beras kencur dan kunir asem yang berkhasiat untuk menambah kebugaran. Kunir asem pun bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik. “Ketika mencoba mendapatkan khasiatnya, perhatikan takaran jamu karena jika berlebihan pun tak baik untuk tubuh,” ujar Lestari mengingatkan.
Untuk membuatnya menjadi jamu, bersihkan rimpang kencur dan kunir asem dari kulitnya, cuci bersih, lalu tumbuk, selanjutnya, masak kencur atau kunir asem bersama gula aren dan jeruk nipis. “Diminum hangat lebih nikmat,”ungkapnya.       


***)qommarria rostanti

Selasa, 16 Desember 2014

BALI DENGAN SERIBU CIRIKHAS & BUDAYA


Ciri khas & budaya.  Pulau seribu pura ya disini tempatnya.   Liburan ke pulau dewata, Bali, tidak lengkap rasanya jika belum mengunjungi Kawasan Bedugul. Kawasan yang merupakan ciri khas Tabanan dengan menawarkan keindahan alam pegunungan dan danau. Suasana yang dingin dan jauh dari hiruk pikuk dan hingar bingar aktifitas manusia seperti kawasan Kuta. Kawasan ini menjadi lokasi favorit bagi pengunjung bukan hanya karena pemandangannya yang indah, tapi juga hawanya yang sejuk khas suasana dataran tinggi. Uniknya, kawasan Bedugul tidak hanya memiliki satu objek wisata saja, tapi ada beberapa yang sayang untuk saya lewatkan setelah hari sebelumnya mengitari pantai-pantai di kawasan Pecatu. 
Benarlah Bali disebut sebagai Pulau Dewata.melihat ketaatan masyarakat Bali dalam beribadah, di mana setiap rumah memiliki tempat sembahyang, setiap toko atau tempat usaha menyediakan canang di depan tempat usaha mereka, banyak pura di antara lokasi perumahan atau tempat usaha dan kepatuhan mereka melaksanakan upacara ibadah keagamaan mereka.
Lalu masyarakat Bali adalah orang-orang yang sangat open minded tapi tetap teguh memegang budaya warisan leluhur mereka sebagai ciri kkas  yang dibanggakan. Terlihat dari bentuk rumah mereka yang tetap mempertahankan bentuk rumah adat Bali, pakaian yang mereka kenakan dalam upacara-upacara adat, hidup mereka yang terlihat teratur dengan sesama dan alam, kreativitas mereka dalam seni, cara mereka menyambut orang-orang yang datang ke Bali, bahkan mereka terlihat merasa tidak terganggu dengan kunjungan wisatawan di lokasi peribadahan mereka, mereka tetap khusyuk melakukan sembahyang walaupun diamati oleh banyak orang asing.
Bali juga punya jenis wisata yang komplit, dari wisata bahari, religi, budaya, belanja, olah raga, kuliner dan banyak lagi. Bahkan di setiap sudut pulau Bali punya sesuatu yang konsisten yang memperlihatkan ciri khas Bali.  Ini cerminan kreativitas dan harmonisasi hidup orang Bali.
Ciri khas & budaya masyarakat  Bali menjalani keseharian mereka dengan ketulusan dan penuh kasih, sehingga semua orang yang datang bisa merasakan itu dan senang dengan kehidupan di Bali.


Senin, 15 Desember 2014

CIRIKHAS ES KRIM INDONESIA


Cirikhas.  Saat terik mentari yang menyengat dan hawa panas membuat tubuh kian gerah, paling nikmat rasanya jika menjilati es krim. Lapisannya yang lembut di lidah akan membuat suasana panas tak lagi terasa. Segar dan sedap terkecap di tiap potongannya. Inilah yang membuat banyak orang tergila-gila pada es krim.
Selain sedap, es krim juga kaya nutrisi. Bahan utamanya yang berupa susu, memiliki kandugan gizi yang cukup tinggi. Di antaranya adalah protein, vitamin, lemak , dan mineral seperti kalsium. Dengan kandungan gula di dalamnya, es krim dapat menjadi sumber energi.
Selanjutnya. Apakah  Anda tahu es krim cirikhas asli Idonesia? Es puter adalah jenis es krim cirikhas asli Indonesia. Es krim ini terbuat dari santan dan mempunyai cita rasa gurih alami. Ada yang dicampur dengan nangka, durian, kopyor, advokat, kacang hijau dan ketan hitam.
Ternyata es krim asli Indonesia ini kurang dikenal di negara lain karena tiap negara mempunyai jenis es krim yang favorit di negaranya.
Oleh karena itu kita sebagai warga negara tidak ada salahnya untuk dapat mempopulerkan es krim Indonesia yang kaya akan rasa aneka buah dan susu yang khas Indonesia.

Es  puter begitu sebagian masyarakat  Indonesia  menyebutnya. 

Minggu, 14 Desember 2014

ALAT MUSIK BUDAYA & TRADISI ANGKULUNG


Budaya, Tradisi.       Jika kita berbicara tentang perjuangan bangsa Indonesia, maka kita akan sering mendengar kata-kata ‘bambu runcing’. Meski tak ada gambar atau film yang menampilkan bambu runcin, namun benda ini diyakini sebagai ‘senjata utama’ bangsa Indonesia untuk melawan penjajah. Seperti namanya, maka bambu runcing  berasal dari batang bambu yang diruncingkan. Di Indonesia sendiri, pohon bambu sangat mudah ditemukan di hutan-hutan tropis Indonesia. Selain dapat digunakan sebagai ‘senjata’, pohon bambu ini juga bisa menjadi sesuatu yang mengeluarkan alunan musik yang indah, Angklung.
Pada jaman dahulu kala, instrumen angklung merupakan instrumen yang memiliki fungsi ritual keagamaan. Fungsi utama angklung adalah sebagai media pengundang Dewi Sri (dewi padi/kesuburan) untuk turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada musim tanam. Angklung yang dipergunakan berlaraskan tritonik (tiga nada), tetra tonik (empat nada) dan penta tonik (5 nada). Angklung jenis ini seringkali disebut dengan istilah angklung buhun yang berarti “Angklung tua” yang belum terpengaruhi unsur-unsur dari luar . Hingga saat ini di beberapa desa masih dijumpai beragam kegiatan upacara yang mempergunakan angklung buhun, diantaranya: pesta panen, ngaseuk pare, nginebkeun pare, ngampihkeun pare, seren taun, nadran, helaran, turun bumi, sedekah bumi dan lain-lain.
Menurut Karuhun Urang Sunda jaman dahulu,kehidupan manusia diibaratkan seperti tabung angklung. Tabung tersebut mempersonifikasikan manusia itu sendiri. Angklung bukanlah sebuah angklung apabila ia hanya terdiri dari satu tabung saja. Itu mengibaratkan layaknya manusia yang tidak dapat hidup sendiri (individu) tetapi juga menggambarkan bahwa manusia hidup bersosialisasi.
Budaya, tradisi. Tak hanya itu, tabung angklung yang tediri dari tabung besar dan kecil mengibaratkan perkembangan manusia. Tabung kecil (sebelah kiri) merupakan gambaran manusia yang memiliki cita – cita dan upaya untuk menjadi besar (tabung besar – sebelah kanan). Kedua tabung tersebut mempunyai makna bahwa manusia tahu dan paham akan batasan – batasan dirinya, layaknya kedua tabung angklung yang dibunyikan beriringan menghasilkan harmonisasi, manusia pun berjalan beriringan menciptakan keharmonisasian dalam kehidupan masyarakat.
Budaya, Tradisi. Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan anak-anak pada waktu itu.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.



***)dari berbagai sumber

Kamis, 11 Desember 2014

BUDAYA TRADISI PUKUL MENYAPU AMBON


Budaya & Tradisi pukul manyapu merupakan perayaan yang ditunggu-tunggu warga dan wisatawan setiap tahunnya. Anda dapat melihat proses pembuatan pohon enau menjadi sebuah lidi dan juga pengolahan minyak kelapa untuk pengobatan selepas tradisi ini. Selain itu, tradisi ini juga diramaikan dengan permainan rebana, karnaval budaya, dan pertunjukan tari lokal seperti tari putri, tari mahina, dan tari peran
Pukul Manyapu atau Baku Pukul Manyapu merupakan atraksi unik dari Maluku Tengah yang biasanya dipentaskan di Desa Mamala dan Desa Morela, Kecamatan Leihitu, Ambon Berlangsung setiap 8 syawal (penanggalan Islam) dimana telah berlangsung dari abad XVII yang diciptakan seorang tokoh agama Islam dari Maluku bernama Imam Tuni. Tradisi ini dipertunjukkan sebagai perayaan keberhasilan pembangunan masjid yang selesai dibagun pada 8 syawal setelah Idul Fitri.
Budaya & Tradisi ini juga dikaitkan dengan sejarah masyarakat setempat yaitu perjuangan Kapiten Tulukabessy beserta pasukannya pada masa penjajahan Portugis dan VOC pada abad ke-16 di tanah Maluku. Pasukan Tulukabessy bertempur untuk mempertahankan Benteng Kapapaha dari serbuan penjajah meskipun perjuangan mereka gagal dan Benteng Kapapaha tetap jatuh juga. Untuk menandai kekalahan tersebut, pasukan  Tulukabessy mengambil lidi enau dan saling mencambuk hingga berdarah.
Tradisi Pukul Manyapu dipandang sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat di Desa Mamala dan Desa Morela. Dipertunjukan oleh pemuda yang dibagi dalam dua kelompok dimana setiap kelompoknya berjumlah 20 orang. Kedua kelompok dengan seragam berbeda itu akan bertarung satu sama lain. Kelompok satu menggunakan celana berwarna merah sedangkan kelompok lainnya menggunakan celana berwarna hijau. Pesertanya juga diwajibkan menggunakan ikat kepala untuk menutupi telinga agar terhindar dari sabetan lidi. Alat pukul dalam tarian ini adalah sapu lidi dari pohon enau dengan panjang 1,5  meter. Bagian tubuh yang boleh dipukul adalah dari dada hingga perut.
Ketika atraksi dimulai, kedua kelompok akan saling berhadapan dengan memegang sapu lidi di kedua tangan. Ketika suara suling mulai ditiup sebagai aba-aba pertandingan dimulai kemudian kedua kelompok ini secara bergantian saling pukul menggunakan sapu lidi. Dimulai dengan kelompok bercelana merah memukul kelompok bercelana hijau atau sebaliknya. Ketika dimulai maka suara cambukan lidi di badan peserta akan terdengar dan darah pun keluar akibat sabetan lidi. Suasana ini akan membuat tubuh Anda bergidik.
Kehebatan dari budaya tradisi pukul manyapu ini adalah bagaimana pesertanya seakan tidak merasa kesakitan walaupun tubuh mereka mengelurkan darah akibat dari sabetan lidi. Akan tetapi,  jangan kaitkan itu dengan kekuatan mistis atau gaib, karena para peserta sebenarnya sudah melebur dalam  semangat yang telah membenamkan rasa sakit.
Ketika pertempuran selesai, pemuda kedua desa tersebut menggobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak. Ada juga yang mengoleskan minyak nyualaing matetu (minyak tasala) dimana mujarab untuk mengobati patah tulang dan luka memar.



Rabu, 10 Desember 2014

TRADISI AJANG KETANGKASAN DOMBA

 TRADISI AJANG KETANGKASAN  DOMBA

Alunan lagu oplosan dari seorang sinden dengan iringan gamelan Sunda di panggung yang didirikan lapangan Pusat Pelatihan Basic Science Universitas Padjajaran (Unpad) Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, terdengar keras. Di tengah, Tyson dan Dinamit, dua domba aduan, saling melirik. Keduanya dipegang bobotoh masing-masing yang menunggu aba-aba dari juri untuk melepas tali kekang domba tersebut.
Juri pun memberi tanda. Sontak tali kekang yang terbuat dari kulit perhiasan manik-manik itu dilepas dari leher kedua domba. Tak lama kemudian kepala kedua domba tersebut beradu. Sorakan penonton kian ramai saat benturan terjadi. Tidak hanya sorakan, beberapa pendukung juga berjoget mengikuti suara gamelan.
Tradisi Pertandingan itu mengizinkan domba melakukan benturan masksimal 20 kali. Juri akan melakukan penghentian pertandingan bila salah satu domba tidak melawan atau terlihat luka di tanduk atau luka di anggota badan lainnya.
Ajang ketangkasan domba yang diselenggarakan Fakultas Peternakan Unpad serta Perhimpunan Peternakan Domba dan Kambing Indonesia yang di ikuti 1000 domba dalam tiga kategori. Tiga kategori dalam pertandingan yang memperebutkan piala Rektor Unpad. Seekor sapi, dan alat elektronik, itu terdiri dari kelas A untuk berat domba diatas 75 kg, kelaas B 65-75 kg. dan kelas C dibawah 65 kg.
Penilaian diambil dari kesehatan, adeg-adeg, teknik bertanding, teknik pukulan, dan keberanian. Pertandingan diawasi juri dna dinilai  tiga wasit. Domba yang di izinkan harus berusia 3 tahun yang ditandai dengan tanduk mengeras dan gigi lengkap. Harga doma aduan mencapai sekitar Rp. 5 juta, tapi bisa melonjak bila ia menang pertandingan. Tak hanya harga, gengsi sang pemiliknya juga turut  mendongkrak.
Tradisi ajang ketangkasan domba bukan semata ajang adu domba dan kambing di Jawa Barat guna memperbaiki mutu produksi ternak mereka. Selain itu, menjadi hiburan keluarga yang turut mendampingi sang kambing



            

Selasa, 09 Desember 2014

TRADISI SISTEM PENGAIRAN SUBAK DI BALI

 TRADISI SISTEM PENGAIRAN  SUBAK DI BALI
Budaya & Tradis,i Bali selain sebagai pulau wisata juga merupakan pulau agraris yang artinya banyak penduduknya yang bekerja sebagai petani khususnya yang di pedesaan, disamping sebagai pedagang, seniman maupun sebagai pengrajin. Pertanian yang terdapat di Bali adalah pertanian perkebunan dan persawahan dimana dengan pertanian persawahan ini memberikan pemandangan alam yang hijau dan menjadi daya tarik wisata. Nah, yang namanya pertanian pasti ada sistem pengairan untuk mengairi sawah dan perkebunan tersebut yang di Bali disebut dengan Subak.
Subak hanya dikenal di Bali, yang khusus mengatur sistem pengairan ataupun irigasi sawah yang digunakan oleh para petani Bali dalam bercocok tanam padi. Istilah ini sudah mulai dikenal dikalangan turis lokal maupun mancanegara, walaupun dalam kunjungannya ke objek wisata kebanyakan dari mereka hanya mengagumi pemandangan alam dengan hamparan persawahan yang berundak (rice terrace) melihat petani saat panen, jarang mengetahui secara detail, bagaimana proses pembibitan, proses pembajakan, saat mulai bercocok tanam, sistem pengairannya, prosesi upacara keagamaan di Pura Ulun carik/bedugul sampai akhirnya mereka panen.
Uniknya tradisi, sistem pengairan Bali (subak) tidaklah ditetapkan atas perintah raja, melainkan diinisiasi penduduk desa melalui koperasi desa, yang disebut "subak". Petani sangat tergantung pada sistem irigasi ini. Di lingkup terkecil, setiap petani adalah anggota dari subak yang sawahnya mendapat suplai air dari bendungan tertentu. Kepala Subak, yang disebut Klian Subak dipilih oleh anggotanya.
Dalam subak yang lebih besar yang disuplai oleh sebuah kanal, tingkat terendah disebut tempek. Subak-subak tersebut akan terhubung dengan pura gunung atau pura masceti yang menjadi bagian dari salah satu dari dua candi danau. Dua candi danau yang dimaksud adalah Pura Batu Kau yang mengkoordinasikan irigasi di Bali Barat dan Pura Ulun Danau yang mengkoordinasi irigasi di Utara, Timur dan Selatan Bali.
Budaya & tradisi subak Bali merupakan manifestasi luar biasa petani Bali. Tradisi pengairan sawah ini menggabungkan nilai-nilai tradisional suci dengan sistem kemasyarakatan yang terorganisasi. Subak juga merupakan manifestasi dari Tri Hita Karana, sistem kosmologis Bali yang sebagian besar masyarakatnya menganut ajaran Hindu. Hal tersebut merupakan refleksi nyata dari keyakinan masyarakat Bali yang berakar pada konsep kesadaran bahwa manusia harus selalu menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan, manusia dan sesama manusia, dan antara manusia dan alam dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya & traidisi, Subak sudah mendapat pengakuan dunia dan sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2012 karena subak dapat mempertahankan budaya asli masyarakat Bali. Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya bisa berbangga hati karena salah satu kebudayaannya di akui oleh dunia.




***)berbagai sumber.

Senin, 08 Desember 2014

BUDAYA TRADISI SIAT SAMPIAN DI BALI

 BUDAYA TRADISI SIAT SAMPIAN DI BALI

Dalam budaya & tradisi ribuan orang  ikut ambil bagian dalam tradisi ‘Siat Sampian’ atau perang dengan menggunakan rangkaian janur untuk sesajen di Pura Samuan Tiga Bedulu Gianyar. Selain sebagai bagian dari rangkaian odalan atau upacara di pura ini, tradisi ini juga sebagai
simbol memerangi adharma atau kejahatan di muka bumi.
Berlokasi di Pura Samuan Tiga, Bedulu Gianyar, setiap tahun rutin dilaksanakan tradisi/upacara Siat Sampian yang merupakan rentetan upakara karya di pura tersebut. Tradisi yang dilaksanakan setiap tahun sekali ini juga menarik perhatiann wisatawan asing.  Moment Perang Siat Sampian ini juga diabadikan puluhan photographer baik asing maupun lokal.
tradisi siat ini dimulai, dilakukan upacara Nampiog, Ngober dan Meguak-guakan. Dalam upacara ini, ratusan warga mengelilingi areal Pura sambil menggerak-gerakkan tangan mereka. Prosesi ini diikuti oleh para premas atau ibu-ibu yang sudah disucikan. Selain ibu-ibu, para pemangku pura setempat juga ikut mengelingi areal Pura. Setelah prosesi ini selesai dilanjutkan dengan upacara Ngombak. Pada upacara ini para wanita yang berjumlah 46 orang, serta laki-laki atau semeton parekan yang juga sudah disucikan berjumlah 309 orang melakukan upacara Ngombak. Upacara ini dilakukan dengan cara berpegangan tangan satu sama lainnya, kemudian bergerak laksana ombak. Setelah usai upacara ini, para laki dan wanita tersebut langsung mengambil Sampian (rangkaian janur untuk sesajen) dan saling pukul serta lempar atau perang dengan sampian satu sama lainnya.  ” Nampiog, Ngober, Meguak-guakan dan Ngombak merupakan suatu proses penyucian sebelum upacara Siat Sampian dilakukan,” kata I Wayan Patra, Ketua Panitia Karya Pura Samuan Tiga. Lalu apa makna yang terkandung dalam tradisi ‘Siat Sampian’ ini? "Sampian itu merupakan lambang senjata Dewa Wisnu, dan senjata ini dipergunakan untuk memerangi Adharma (kejahatan). Filosofi yang diambil dari tradisi ini adalah untuk mengenyahkan Adharma atau kejahatan dari muka bumi," jelas Patra. Selain simbol perang terhadap kejahatan, 'siat sampian' juga untuk merayakan bersatunya berbagai sekte keagamaan (Hindu) di Bali.
Selain simbol perang terhadap kejahatan, siat sampian juga untuk merayakan bersatunya berbagai sekte keagamaan (Hindu) di Bali, disamping untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin.
Pada abad ke-10 Masehi, di Pura ini digelar pertemuan besar antar berbagai sekte Hindu yang ada di Bali dengan mediator pemerintah yang berkuasa di Bali waktu itu. Pertemuan ini menyepakati penyudahan konflik antar sekte Hindu di Bali dan menjadi awal konsep pura Tri Kahyangan Jagat di Bali, serta penerimaan konsep Tri Murti (Tiga Dewa Utama) di setiap desa yang ada di Bali.
“Pada intinya, Siat Sampian itu bermakna untuk menyucikan Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (bumi),” jelas Patra.

***) berbagai sumber




BUDAYA & TRADISI POTONG JARI DI PAPUA

 BUDAYA & TRADISI POTONG JARI DI PAPUA

Budaya, Tradisi menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit kehilangan. Namun berbeda dengan Suku Dani di Papua, mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jari.
Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong jari mereka. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.
Budaya & tradisi Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
Alasan lainya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.
Bagi masyarakat pengunungan tengah, pemotongan jari dilakukan apabila anggota keluarga terdekat seperti suami, isteri, ayah, ibu, anak, kakak atau adik yang meninggal dunia.
Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangata penting.
Bagi masyarakat Baliem Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.
pemotongan jari itu umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Namun tidak menutup kemungkinan pemotongan jari dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak orang tua laki-laki atau pun perempuan.
Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mencegah 'terulang kembali' malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.
Pemotongan jari dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang memotong jari dengan menggunakan alat tajam seperti parang, atau kapak. Cara lainnya adalah dengan mengikat jari dengan seutas tali beberapa waktu lamanya sehingga jaringan yang terikat menjadi mati kemudian dipotong.
Mungkin bagi orang luar, hal ini tampaknya sangat esktrem. Tapi bagi orang Dani, ini adalah bentuk penghormatan dan tanda belasungkawa yang terdalam. Kesedihan akan kehilangan mungkin hanya dapat ditutupi oleh luka, berharap waktu dapat menyembuhkan keduanya..
Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Budaya & Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.
Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah Papua.


***) berbagai sumber

Sabtu, 06 Desember 2014

BUDAYA TRADISI BAKAR BATU DI PAPUA

 BUDAYA TRADISI BAKAR BATU DI PAPUA

Papua, pulau paling timur Nusantara ini memiliki potensi pulau yang indah dan keunikan tradisinya. Papua menyimpan berbagai warisan kebudayaan yang harus dilestarikan agar tidak punah adat istiadat yang telah diciptakan oleh leluhur kita.
Salah satu keunikan kebudayaan Papua adalah dengan adanya upacara tradisional yang dinamakan dengan Bakar Batu. Budaya & tradisi ini merupakan salah satu tradisi terpenting di Papua yang berfungsi sebagai tanda rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang.
Pesta Bakar Batu  merupakan tradisi khas orang Papua, yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara kematian. Selain itu, upacara ini juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku. Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut, suku-suku di Papua menggunakan metode bakar batu. Tiap daerah dan suku di kawasan Lembah Baliem memiliki istilah sendiri-sendiri untuk nama pesta ini. Masyarakat Paniai menyebutnya dengan gapii atau ‘mogo gapii‘, masyarakat Wamena menyebutnya kit oba isago, sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan barapen. Namun tampaknya barapen menjadi istilah yang paling umum digunakan.
Persiapan awal tradisi ini masing-masing kelompok menyerahkan babi sebagai persembahan, sebagian ada yang menari, lalu ada yang menyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Proses membakar batu awalnya dengan cara menumpuk batu sedemikian rupa kemudian mulai dibakar sampai kayu habis terbakar dan batu menjadi panas.
Kemudian setelah itu, babi telah dipersiapkan untuk dipanah terlebih dahulu. Biasanya yang memanah babi adalah para kepala suku dan dilakukan secara bergantian. Ada pandangan yang cukup unik dalam ritual memanah babi ini. Ketika semua kepala suku sudah memanah babi dan babi langsung mati, pertanda acara akan sukses. Sedangkan jika babi tidak langsung mati, diyakini acara ini tidak akan sukses.
Di tempat lain, kaum ibu sibuk menyiapkan tempat pembakaran. Dibuatlah lubang setinggi lutut. Dasar lubang lalu dilapisi rumput-rumputan dan daun pisang. Sementara di tempat terpisah, batu-batu berukuran sedang, dibakar dengan kayu hingga panas. Dengan menggunakan jepit kayu khusus, yang disebut apando, batu-batu panas itu disusun di atas daun-daunan. Diatas batu-batu panas inilah irisan-irisan daging babi dimasak, bersamaan dengan sayur-sayuran dan ubi. Diatasnya diletakkan
Lagi batu-batu panas. Teratas, lapisan daun pisang ditaburi tanah, sebagai penahan agar uap panas dari batu tidak menguap. Proses pemasakan ini berlangsung hingga satu setengah jam. Gundukan batu mulai dibongkar. Daging babi, ubi dan sayuran yang sudah matang itu siap dihidangkan. Tujuh suku, Kamoro-Amungme-dani-Ekari, Mee-Damal-Nduga, dan Moni. Duduk secara berkelompok, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Inilah acara makan bersama sebagai puncak acara pesta bakar batu. Semua hidangan disantap habis, tak ada yang tersisa. Makna lain pesta bakar batu, sebagai ungkapan rasa saling mema’afkan diantara mereka. Pesta bakar batu yang pada awalnya hanyalah tradisi keluarga, kini memang telah merakyat, dan dikenal seluruh suku di tanah papua ini.
Budaya & tradisi Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua.


***) dari berbagai sumber

Jumat, 05 Desember 2014

BUDAYA & TRADISI OMED-OMEDAN BALI

 BUDAYA TRADISI OMED-OMEDAN  BALI
Bali memiliki banyak budaya & tradisi unik, salah satunya Omed-omedan di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar. Masyarakat awam lebih mengenalnya sebagai ciuman masal. Apakah semata ciuman? persepsi yang dilihat penonton bisa saja seperti itu karena mereka memang melihat peserta Omed-omedan merangkul dan berciuman. Kesan ini semakin kuat tatkala banyak media memberitakannya dengan judul liputan seperti Kissing Festival, Holy Kissing, atauMass Kissing dibandingkan dengan memakai kata Omed-omedan.
Setelah menyaksikan dan coba memahami, kesan Omed-omedan sebagai ciuman masal sebenarnya tidak tepat. Kesan ini muncul karena penonton hanya menyaksikan saat muda-mudi tersebut saling merangkul, menarik dan mencium. Jarang diantara penonton mengetahui bagaimana tradisi ini disiapkan sebelum dan sesudahnya. Mungkin bagi sebagian orang, tidak ada hal yang lebih menarik selain menyaksikan hal tabu bisa dilakukan didepan umum berciuman di tempat umum, apalagi tidak dengan pasangannya, merupakan hal tabu bagi sebagian besar masyarakat di Bali. Tentu ada sebab yang mendasari kenapa hal tabu kemudian bisa dilaksanakan. Omed-omedan berasal dari kata omed yang berarti tarik-tarikan. Sejatinya, inilah yang menjadi inti acara. Satu kelompok pemuda dan satu kelompok pemudi pada sisi berlawanan akan saling tarik dalam kegembiraan. Omed-omedan telah diwarisi sejak ratusan tahun lalu dan diyakini memiliki nilai sakral yang berhubungan dengan sesuhunan(manifestasi Tuhan yang dipuja masyarakat) di Pura Banjar Kaja. Selain itu, tradisi Omed-omedan sehari setelah Nyepi atau pada hari Ngembak Geni ini merupakan bentuk luapan kegembiraan masyarakat.
Pemuda-pemudi yang tergabung dalam kelompok Seka Teruna Satya Dharma menjalankannya sebagai wujud bakti kepada sesuhunan dan leluhur mereka. Sebelum memulai Omed-omedan, berbagai sarana dan prasarana upacara harus dipersembahkan terlebih dahulu di pura.Pemangku (rohaniawan) desa akan memimpin upacara yang dilanjutkan dengan persembahyangan bersama seluruh peserta.
Pukul 2 siang, pemuda-pemudi yang telah memisahkan diri dalam kelompoknya masing-masing berjalan beriringan menuju jalan raya di depan banjar. Ribuan penonton sudah memadati areal Omed-omedan menunggu saat-saat kegembiraan dimulai. Beberapa pemangku pemang/melaksanakan tugas memercikkan tirtha (air suci) kepada peserta dan penonton. Tujuannya guna memohon kesucian dan agar acara dapat berjalan lancar.Gamelan mengalun energik sebagai tanda kedua kelompok akan memulai Omed-omedan. Para tetua adat memilih siapa diantara pemuda-pemudi ini yang akan dipanggul untuk didekatkan satu sama lain. Beberapa diantara mereka merupakan pasangan atau mungkin baru saling kenal saat itu. Dibimbing dan diawasi para tetua adat, masing-masing kelompok maju dan bertemu. Pemuda-pemudi yang dipanggul akan saling tarik, sedangkan kawan-kawannya mendorong sesaat lalu menarik kembali untuk memisahkannya.
Menurut tokoh Puri Oka, I Gusti Ngurah Oka Putra, pada saat saling tarik inilah pasti akan terjadi kontak fisik. Bisa berupa pelukan hingga kontak wajah yang akan diakhiri dengan ciuman atau tidak sama sekali. Semua tergantung mereka yang melakukannya atas dasar keyakinan dan bimbingan sesuhunan. Intinya, mencium bukan hal yang bisa dilakukan semaunya. Apalagi jika hanya didasari atas nafsu karena bisa berakibat buruk bagi peserta dikemudian hari. Ketika kedua kelompok berlawanan tersebut beradu, sorak ribuan penonton selalu mengiringi. Guyuran air melengkapi kegembiraan peserta dan penonton. Acara berlanjut hingga sebagian besar peserta memperoleh giliran. Setelah kurang lebih 2 jam Omed-omedan berakhir ditandai dengan tepukan tangan keatas bersama-sama.
Akhir keramaian Omed-omedan belum sepenuhnya akhir dari ritual. Di dalam pura peserta bergilir mencakupkan kedua tangan memohon tirtha dari para pemangku. Hal ini sebagai ungkapan syukur sekaligus memohon keselamatan pada Tuhan. Pada saat inilah sebagian peserta termasuk pemangku bisa tidak sadarkan diri. Mereka mengalami trance yang oleh masyarakat disebut kerauhan. Beberapa diantara mereka berteriak, menari, menangis, hingga mengeluarkan ucapan-ucapan yang diyakini sebagai kehendak sesuhunan. Butuh waktu agar mereka bisa sadarkan diri dengan sarana tirtha yang dipercikkan oleh para pemangku. Adat.
Sebelum berakhir, pemangku kembali menghaturkan puja kehadirat Tuhan. Harapannya agar persembahan mereka bisa diterima dan mendatangkan keharmonisan bagi kehidupan masyarakat di Banjar Kaja. Melalui Omed-omedan masyarakat juga berharap bisa terus memupuk kesatuan, kesetiakawanan dan kebersamaan.



***) sumber : www.andisucitra.com

Kamis, 04 Desember 2014

CIRI KHAS & IDENTITAS KERIS LEGENDA DI INDONESIA

 CIRIKHAS & IDENTITAS KERIS LEGENDA DI INDONESIA

Cirikhas & Identitas.     Keris merupakan senjata dan benda pusaka pada jaman kerajaan dahulu. pada masa lalu keris biasanya di gunakan sebagai senjata dan pusaka para ksatria untuk berperang biasanya sebuah keris memiliki kesaktian yang sunguh luar biasa yang membuat lawan lawan takut namun pada masa kini keris digunakan sebagai benda seni budaya dan menjadi koleksi koleksi pecinta keris.  berikut cirikhas & identitas keris yang menjadi legenda di tanah air ini. Berikut ini adalah informasi mengenai 5 Keris yang pernah ada di Indonesia antara lain :
1. Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok. Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dengan menusukannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni: Tunggul Ametung, Ken Arok, Anusapati dan keturunan Ken Arok.
2. Keris Kyai Setan Kober
Keris Kyai Setan Kober adalah nama keris milik Adipati Jipang, Arya Penangsang. Keris ini dikenakan pada waktu ia perang tanding melawan Sutawijaya. Suatu saat tombak Kyai Pleret yang dipakai Sutawijaya mengenai lambung Arya Penangsang, hingga ususnya terburai. Arya Penangsang dengan sigap, menyangkutkan buraian ususnya itu pada wrangka atau sarung-hulu keris yang terselip di pinggangnya, dan terus bertempur. Saat berikutnya, Sutawijaya terdesak hebat dan kesempatan itu digunakan oleh Arya Penangsang untuk segera penuntaskan perang tanding tersebut, dengan mencabut keris dari dalam wrangka atau ngliga keris (menghunus), dan tanpa sadar bahwa wilah(an) atau mata keris Kyai Setan Kober langsung memotong ususnya yang disangkutkan di bagian wrangkanya. Ia tewas seketika. Sutawijaya terkesan menyaksikan betapa gagahnya Arya Penangsang dengan usus terburai yang menyangkut pada hulu kerisnya. Ia lalu memerintahkan agar anak laki-lakinya, kalau kelak menikah meniru Arya Penangsang, dan menggantikan buraian usus dengan rangkaian atau ronce bunga melati, dengan begitu maka pengantin pria akan tampak lebih gagah, dan tradisi tersebut tetap digunakan hingga saat ini.
3. Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten
Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten adalah dua benda pusaka peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu dapur keris luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas, sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya.Bagian gandik keris ini diukir dengan bentuk kepala naga, sedangkan badannya digambarkan dengan sisik yang halus mengikuti luk pada tengah bilah sampai ke ujung keris. Salah satu pembuat keris dengan dapur Nagasasra terbaik, adalah karya empu Ki Nom, merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada akhir zaman kerajaan Majapahit sampai pada zaman pemerintahan Sri Sultan Agung Anyokrokusumo di Mataram. Dapur Sabuk Inten, seperti juga dapur Nagasasra mempunyai luk tiga belasdengan ciri-ciri yang berbeda yaitu mempunyai sogokan, kembang kacang, lambe gajah dan greneng.
4. Condong Campur
Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklor. Keris ini dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur. Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak yang jahat.
5. Keris Taming Sari
Cirikhas  & Identitas.      Di ceritakan pemilik asal keris ini adalah merupakan pendekar atau hulu balang kerajaan Majapahit yang bernama Taming Sari. Keris ini kemudianya bertukar tangan kepada hulubalang Melaka yang telah berjaya membunuh Taming Sari bernama Hang Tuah. Perpindahan kepemilikan ini terjadi dalam suatu duel keris yang sangat luar biasa antara Taming Sari dan Hang Tuah, yang akhirnya dimenangkan oleh Hang Tuah. Keris adalah merupakan senjata tradisional yang di milik Indonesia


Sumber : fotoindonesia.net

Selasa, 02 Desember 2014

TUJUH PULUH SEMBILAN TRADISI & CIRIKHAS ORANG INDONESIA

 TUJUH PULUH SEMBILAN TRADISI & CIRIKHAS ORANG INDONESIA

Tradisi &  Cirikhas orang Indonesia, adalah salah satu hal yang sakral dan unik  bagi manusia, di Indonesia kebiasaan tradisi & cirikhas  yang dianggap "aneh" bagi sebagian orang luar malah menjadi hal yang menyenangkan  bagi kita, kebiasaan ini timbul mungkin sudah menjadi tradisi di Indonesia. Antara lain  :
1). “Kapan libur?” merupakan suatu pertanyaan yang sangat sering ditanyakan oleh orang Indonesia
2). Setiap berganti kalender yang di lihat adalah kapan “Hari Raya”  (lebaran)
3). Ancol selalu ramai di hari Lebaran dan Tahun Baru
4). Artis-artis Indonesia yang sudah kurang laku, mencoba peruntungan di dunia politik
5). Banyak ragam bahasa gaul yang tidak sesuai dengan bahasa Indonesia
6). Bila berbelanja yang selalu ditanyakan  “Ada Diskon” dan selalu tawar menawar
7). Banyak yang menuntut hak padahal mereka belum melakukan kewajiban
8). Berbicara dengan bahasa daerah di tengah-tengah orang-orang yang tidak mengerti bahasa tersebut adalah suatu kepuasan batin
9). cinta ditolak? Dukun bertindak!
10). Dangdut sangat digemari oleh masyarakat luas
11). Seseorang bisa jatuh pingsan ketika bertemu dengan idolanya
12). Bila bertemu orang lain selalu mengatakan “darimana” atau “apa Kabar”
13). Guru dan orang tua selalu menganggap tidak pernah “Salah”
14). di setiap truk-truk pengangkut barang biasanya terdapat gambar-gambar lukisan wanita di bagian belakang
15). diberhentikan oleh polisi lalu lintas berarti harus siap-siap merogoh kocek Anda
16). hampir 80% tayangan stasiun televisi swasta di Indonesia adalah sinetron-sinetron yang tidak mendidik
17). hampir semua orang menyukai masakan Padang
18). hukum di Indonesia sangat payah
19). Banyak jalan-jalan berlubang di setiap daerah  diperbaiki ketika akan ada pemilihan lurah, camat, walikota, atau gubernur
20). kata-kata yang sangat mudah diucapkan oleh orang Indonesia adalah kata “maaf” (tapi kemudian diulangi lagi)
21). Tradisi mudik saat  hari raya  disemua daerah
22). kebutuhan paranormal di Indonesia tidak akan pernah habis
23). kejujuran adalah hal yang kurang populer di negeri ini
24). ketika perut kosong, orang-orang bisa menjadi anarkis, tapi akan menjadi kalem bila perut sudah terisi
25). korupsi adalah hal yang lazim di Indonesia
26). korupsi tidak selalu identik dengan uang
27). liburan ke Bali berarti orang kaya
28). mayoritas mahasiswa hobi berdemo
29). maling ayam biasanya dihabisi dan dipukuli oleh masyarakat (paling parah dibakar)
30). masalah penipuan, pembajakan, dan pemalsuan, Indonesia ahlinya!
31). pengendara motor selalu ada di barisan terdepan di lampu merah
32). pengendara motor selalu lebih galak walaupun sebenarnya dia yang salah
33). pengendara motor tidak pernah mau disalahkan
34). pengendara motor tidak pernah mau mengalah
35). pengendara motor tidak pernah taat aturan
36). PNS adalah salah satu pekerjaan yang diminati masyarakat Indonesia
37). prinsip “makan gak makan asal kumpul ” sangat berlaku.
38). rasa kesukuan di Indonesia sangat kuat daripada rasa nasionalisme terhadap Indonesia sendiri
39). rata-rata orang Indonesia selalu meninggikan anak-anak IPA dan menganggap remeh anak-anak IPS (padahal mayoritas anak IPA ketika kuliah nantinya memilih IPS)
40). rata-rata wanita Indonesia sangat senang bila mempunyai pacar orang asing (bule)
41). salah satu prinsip orang yang punya kekuasaan atau memiliki peran yang penting dalam sautu hal adalah, “Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah? Kalau bisa diperlambat, kenapa harus dipercepat?”
42). mayoritas supir-supir angkutan umum di Jakarta adalah oran Batak dan orang Minang
43). menambahkan gelar “haji” setalah pergi ke Tanah Suci adalah suatu keharusan
44). mengemis adalah salah satu pekerjaan para perantau
45). mengucapkan janji sangatlah mudah, tapi melaksanakannya?
46). menjadi rombongan kampanye suatu partai adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia
47). metode menyontek di kalangan pelajar semakin lama semakin berkembang dan canggih
48). musuh nomor satu angkutan umum adalah pengendara motor
49). musuh para pengendara mobil adalah segala angkatan umum ditambah pengendara motor
50). ngekost berarti bebas dari kekangan orang tua
51) merasa lebih pintar dari orang lain
52). merasa lebih religius dari orang lain
53). merasa lebih tahu segalanya
54). maskapai penerbangan Indonesia sangat berani terbang bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun
55). semua restoran, rumah makan, dan warung makan pasti akan selalu ramai di saat waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan
56). merasa yang paling benar
57). orang-orang yang selalu protes
58). orang-orang yang tidak bisa menerima kekalahan dengan lapang dada
59). gemar menggunakan istilah asing dalam berbagai percakapan
60). Mereka kadang lebih Inggris daripada orang Inggris sendiri
61). orang-orang  lebih Arab daripada orang Arab itu sendiri
62). selalu mengeluh, tapi tidak pernah mau bertindak
63). selalu membuat hal sederhana menjadi hal yang rumit
64). Tidak pernah mau belajar dari kesalahan dan terus mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut
65). Senang membuang kata-kata “jangan”, seperti JANGAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN, 66).  mereka yang duduk di DPR tidak pernah merasa cukup dengan gaji yang diterimanya
67). anggota lembaga legislatif negara sangat gemar melakukan kegiatan studi banding di negara-negara lain
68). orang-orang yang sportif adalah kaum minoritas
69). semua restoran, rumah makan, dan warung makan pasti akan selalu ramai di saat waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan
70). sepeda motor adalah kendaraan favorit masyarakat
71). setelah ada kegiatan pemilihan kepala daerah, kegiatan selanjutnya adalah kerusuhan
72). setiap tahun Jakarta semakin padat
73). sistem birokrasi di Indonesia sangat sulit
74). sudah SMA berarti: baju seragam boleh keluar (tidak dimasukkan), rambut gondrong (bagi para lelaki), seragam ketat (bagi wanita)
75). tempat liburan orang  adalah: Mall, kota Bandung, Puncak, dan Bali
76). tidak ada kali yang bersih di Jakarta
77). tidak ada pulsa sangat membuat hati resah dan gelisah
78). tidak tepat waktu adalah budaya yang semakin dilestarikan di negeri ini
79). uang melancarkan urusan Anda dalam berbagai kesulitan


***)dari berbagai sumber


KERIS SENJATA TRADISI & BUDAYA JAWA

Keris Pamor Jaya Amurti senjata tradisional ini berfungsi sebagai pelarisan dalam usaha, kekayaan, dan keberuntungan. Keris Pamor Lintang Kemukus dapat mendatangkan kekayaan, jabatan, spiritualitas (mata batin), tolak balak, dan ketentraman.
Keris Pamor Melati Rinonce senjata tradisional ini dapat mendatangkan kesuksesan karier, keberuntungan, rejeki, dan kekayaan.
Keris Pamor Mrutu Sewu senjata tradisional ini dapat mendatangkan kekayaan, pelarisan usaha, dan perlindungan. Keris Pamor Ngulit Semongko dapat mendatangkan pesona, percaya diri, meluluhkan hati, meningkatkan kemampuan dan bakat, daya ingat, kercerdasan dan konsentrasi.
Keris Lintang Kemukus senjata tradisional ini dapat mendatangkan Kekayaan, jabatan, spiritualitas (mata batin), tolak balak, dan ketentraman. Membuka berbagai peluang menuju kekayaan. Memperlancar bisnis Anda di segala bidang. Membantu Anda mendapatkan jabatan. Meningkatkan peluang menang dalam persaingan/kompetisi politik.
Keris Pamor Sada Sak Ler senjata tradisional ini dapat Membantu Anda mendapatkan jabatan/posisi dalam pekerjaan yang Anda idamkan. Agar orang-orang di sekitar Anda selalu mendukung Anda untuk mendapat jabatan yang Anda inginkan. Membuka berbagai peluang yang tidak bisa didapatkan orang lain. Melindungi Anda dari fitnah pesaing. Membuat Anda selalu mendapat simpati dari orang lain.
Keris Pamor Ngulit Semongko senjata tradisional ini dapat mendatangkan Pesona, Percaya diri, meluluhkan hati, meningkatkan skill dan bakat, daya ingat, kercerdasan, konsentrasi motivasi. Meningkatkan kekuatan otot dan tulang. Menguatkan tubuh Anda sehingga tidak mudah lelah. Membuat tubuh lebih fleksibel sehingga Anda bisa bergerak lebih lincah. Pancaran pesona Anda akan membuat Anda lebih terkenal dalam bidang yang Anda tekuni. Manfaat ini cocok untuk artis, seniman, pembicara, penceramah, konsultan, pejabat, tokoh politik dan sebagainya.
Keris Pamor Udan Mas senjata tradisional ini dapat mendatangkan Kekayaan melimpah dan keberuntungan dalam mencari uang. Meningkatkan peluang kemenangan dan hasil dalam setiap kompetisi dan persaingan. Memperkuat sekaligus meningkatkan pancaran Aura Keberuntungan Anda, sehingga hidup Anda penuh keberuntungan dan kebahagiaan lahir-batin. Membuka peluang berbagai macam solusi pemecahan masalah. Anda menjadi lebih pandai melihat peluang usaha yang akan menjadi jalan kekayaan Anda.
Menurut kaum intelektual bahwa manfaat keris secara non fisik itu ada karena sugesti dari benda pusaka tersebut terhadap si pemegang keris. Tidak ada pengaruh dari roh atau mahluk halus yang ada di dalam keris tersebut. Kekayaan, kecerdasan, rejeki, karir dan lainya itu hanya diperoleh dari kerja keras, usaha dan doa. Mungkin karena senjata yang menjadi ciri khas budaya tradisional ini sudah ada sejak nenek moyang sehingga cara pandang orang sulit dirubah. Tetapi setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda-beda. Tinggal kita sendiri yang menentukan akan percaya atau tidak yang penting tidak merugikan orang lain.



Sumber : indonesiaculturalnew.blogspot.com