Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang yang
terbuat dari jenis kayu unglen yang berjumlah 32 buah atau kelipatannya. Rumah
limas Palembang merupakan rumah panggung yang bagian kolongnya merupakan ruang
positif untuk kegiatan sehari-hari. Ketinggian lantai panggung dapat mencapai
ukuran 3 meter. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua tangga kayu dari
sebelah kiri dan kanan. Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu
berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis dibalik pagar kayu itu
adalah untuk menahansupaya anak perempuan tidak keluar rumah.
Pada bagian lantainya dibuat bertingkat-tingkat atau
biasa disebut kekijing dengan menggunakan kayu jenis tembesu yang
berbentuk papan (persegi panjang) disusun secara horizontal menurut besaran
masing-masing ruang. Sementara pada dinding Rumah Limas dibuat dari kayu jenis
merawan yang berbentuk papan, dengan cara penyusunan dan besaran yang sama
dengan papan pada lantai.
Pada bangunan depan Rumah Limas Palembang terdapat Jogan,
Ruang kerja, Gegajah Pada ruangan ini terdapat Amben (Balai/tempat
Musyawarah) yang terletak lebih tinggi dari lantai ruangan (+/- 75 cm). Ruangan
ini merupakan pusat dari Rumah Limas digunakan saat pemilik rumah menggelar
hajatan, upacara adat, kenduri atau pertemuan-pertemuan penting, interaksi
kehidupan sosial serta dekorasi. Sebagai pembatas ruang terdapat lemari yang
dihiasi sehingga show/etlege dari kekayaan pemiliki rumah.
Pangkeng Penganten, (bilik tidur) terdapat dinding
rumah, baik dikanan maupun dikiri. Untuk memasuki bilik atau Pangkeng ini,
kita harus melalui dampar (kotak) yang terletak di pintu yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan rumah tangga. Berikutnya adalah
ruang Kepala Keluarga, Pangkeng Kaputren adalah kamar anak perempuan, Pangkeng
Keputran adalah kamar anak laki-laki, Ruang Keluarga, dan Ruang Anak Menantu.
Semetara pada bagian belakang terdiri dari Dapur atau pawon, Ruang Pelimpahan,
dan Ruang Hias/Toilet. Pembagian ruang secara fisik berfungsi batasan aktivitas
yang berlangsung di rumah berdasarkan tingkat keprivasiannya.
Secara personal, sikap pribadi masyarakat Palembang
menjunjung tinggi kehormatan laki-laki dan wanita. Dan secara sosial, menunjang
citra diri kebudayaan Palembang yaitu dengan menjunjung tinggi norma-norma adat
yang berlaku di masyarakat. Bentuk rumah yang luas merupakan gambaran kondisi
sosial budaya masyarakat Palembang yang menjunjung tinggi sifat kebersamaan
dalam bentuk gotong royong.
Namun demikian, dengan bentuk ruang dan lantai
berkijing-kijing pada rumah Limas, manandakan bahwa rumah limas memiliki tata
aturan sosial yang rapi. Tempat duduk para tetamu pada saat sedekah/kenduri
seolah sudah ditentukan berdasarkan status tamu tersebut. Para ulama, pemuka
masyarakat, saudagar duduknya pada tempat kijing yang tinggi sedangkan yang
lain menyesuaikan diri dengan kedudukannya. Apabila dilanggar maka orang
tersebut menjadi kaku, karena rasa segan/canggung ataupun rasa takut dan malu.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Rumah adat, Tradisi, )
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Rumah adat, Tradisi, )
0 komentar:
Posting Komentar