Tari Niti Mahligai yang merupakan jenis tari Asyek berkembang di daerah kecamatan Gunung Kerinci tepatnya di desa Siulak Mukai Tengah. Tari Niti Mahligai termasuk jenis tari tradisional yang mengutarakan “kehendak” dan bersifat magis.
Menurut Eva Bram saat ini yang menjadi seorang pawang tari Niti Mahligai, tari Niti Mahligai berasal dari kata Niti artinya berjalan di atas suatu benda, Naik artinya menuju sesuatu yang tertinggi dan Mahligai adalah tahta atau istana. Tari Niti mahligai memiliki makna tarian yang dilakukan secara khusuk untuk mencapai sebuah tujuan yaitu memperoleh tahta atau istana. Tari ini dulunya digunakan dalam upacara pemujaan yaitu upacara adat penobatan gelar adat bilah salih.
Menurut Muchtar Hadis, salah satu tokoh seniman Kerinci menyatakan bilah salih adalah gelar adat yang di sandang oleh anak batino (kaum perempuan) yang bertugas untuk mendampingi tugas pemangku adat yang menyandang gelar sko, yang terdiri dari: Depati, Ninik, Mamak, dan Anak Jantan yang disandang oleh kaum laki-laki.
Upacara penobatan bilah salih, merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Siulak Mukai Tengah secara turun-temurun yang disebut dengan upacara Naik Mahligai. Pada zaman dahulu tarian ini memiliki fungsi sebagai : sarana komunikasi kepada roh nenek moyang; sarana komunikasi kepada masyarakat; sarana penyembuhan; sarana pengungkapan rasa syukur; dan sebagai sarana pengikat solidaritas masyarakat setempat khususnya antar penyandang gelar adat.
Tarian ini memiliki keunikan dari tari-tarian yang berkembang di Indonesia saat ini, yaitu adanya atraksi yang menantang dan berbahaya. Pada saat dimulai atraksi, saat inilah para penari mulai dirasuki roh-roh nenek moyang yang mereka percayai mendatangkan kekuatan yang melebihi kekuatan manusia. Sehingga, para penari tidak sadarkan diri atau trance, selama atraksi berlangsung.
Diantaranya Niti Gunung Kaco yaitu menari di atas pecahan kaca. Ada juga Niti Gunung Telo yaitu berjalan di atas mangkok-mangkok keci dan berjalan di atas batang pisang yang diatasnya diletakkan telur. Lalu Niti Gunung Tajam yaitu menari di atas bambu-bambu runcing dan paku yang telah ditata.
Kemudian Niti Gunung Pedam yaitu menari di atas ujung pedang yang sangat runcing.Juga Niti Gunung daun yaitu menari di atas daun kelor. Dan terakhir Niti Laut Api yaitu menari di dalam bara api yang sangat panas. Tentunya keseluruhan atraksi tersebut memiliki maksud dan makna tersendiri.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, tarian tradisional, upacara adat.Tradisi, )
Menurut Eva Bram saat ini yang menjadi seorang pawang tari Niti Mahligai, tari Niti Mahligai berasal dari kata Niti artinya berjalan di atas suatu benda, Naik artinya menuju sesuatu yang tertinggi dan Mahligai adalah tahta atau istana. Tari Niti mahligai memiliki makna tarian yang dilakukan secara khusuk untuk mencapai sebuah tujuan yaitu memperoleh tahta atau istana. Tari ini dulunya digunakan dalam upacara pemujaan yaitu upacara adat penobatan gelar adat bilah salih.
Menurut Muchtar Hadis, salah satu tokoh seniman Kerinci menyatakan bilah salih adalah gelar adat yang di sandang oleh anak batino (kaum perempuan) yang bertugas untuk mendampingi tugas pemangku adat yang menyandang gelar sko, yang terdiri dari: Depati, Ninik, Mamak, dan Anak Jantan yang disandang oleh kaum laki-laki.
Upacara penobatan bilah salih, merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Siulak Mukai Tengah secara turun-temurun yang disebut dengan upacara Naik Mahligai. Pada zaman dahulu tarian ini memiliki fungsi sebagai : sarana komunikasi kepada roh nenek moyang; sarana komunikasi kepada masyarakat; sarana penyembuhan; sarana pengungkapan rasa syukur; dan sebagai sarana pengikat solidaritas masyarakat setempat khususnya antar penyandang gelar adat.
Tarian ini memiliki keunikan dari tari-tarian yang berkembang di Indonesia saat ini, yaitu adanya atraksi yang menantang dan berbahaya. Pada saat dimulai atraksi, saat inilah para penari mulai dirasuki roh-roh nenek moyang yang mereka percayai mendatangkan kekuatan yang melebihi kekuatan manusia. Sehingga, para penari tidak sadarkan diri atau trance, selama atraksi berlangsung.
Diantaranya Niti Gunung Kaco yaitu menari di atas pecahan kaca. Ada juga Niti Gunung Telo yaitu berjalan di atas mangkok-mangkok keci dan berjalan di atas batang pisang yang diatasnya diletakkan telur. Lalu Niti Gunung Tajam yaitu menari di atas bambu-bambu runcing dan paku yang telah ditata.
Kemudian Niti Gunung Pedam yaitu menari di atas ujung pedang yang sangat runcing.Juga Niti Gunung daun yaitu menari di atas daun kelor. Dan terakhir Niti Laut Api yaitu menari di dalam bara api yang sangat panas. Tentunya keseluruhan atraksi tersebut memiliki maksud dan makna tersendiri.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, tarian tradisional, upacara adat.Tradisi, )
0 komentar:
Posting Komentar