Upacara adat dalam memperingati usia kandungan 7 bulan ternyata di Kalimantan Selatan dinamakan Upacara Mandi Tian Mandaring sering pula disebut dengan istilah bapagar mayang,atau urang banjar bemandi-mandi karena tempat mandi dalam upacara itu menggunakan pagar mayang. Upacara ini khusus diadakan untuk wanita hamil yang usia kandungannya sudah mencapai tujuh bulan.
Pada upacara ini disediakan pagar mayang, yaitu sebuah pagar yang sekelilingnya digantungkan mayang-mayang pinang. Tiang-tiang pagar dibuat dari batang tebu yang diikat bersama tombak. Di dalam pagar ditempatkan perapen, air bunga-bungaan, air mayang, keramas asam kamal, kasai tamu giring, dan sebuah galas dandang diisi air yang telah dibacakan doa-doa.
Wanita tian mandaring yang akan mandi di upacara itu akan didandani dengan pakaian sebagus-bagusnya. Setelah waktu dan peralatan yang ditentukan sudah siap, wanita tian mandaring dibawa menuju pagar mayang sambil memegang nyiur balacuk dengan dibungkus kain berwarna kuning. Saat berada dalam pagar mayang untuk dimandikan, pakaian yang dikenakan diganti kain kuning kemudian wanita hamil tadi didudukkan di atas kuantan batiharap dengan beralaskan bamban bajalin.Lima atau tujuh orang wanita tua secara bergantian menyiram dan melangir kepala wanita tian mandaring dengan air bunga-bungaan yang telah disediakan.
Salah seorang wanita yang dianggap paling berpengaruh diserahi tugas memegang upung mayang yang masih terkatup tepat diatas kepala. Kemudian upung mayang tersebut dipukul sekeras-kerasnya hanya satu kali pukulan. Apabila upung mayang tersebut dipukul satu kali sudah pecah maka merupakan pertanda baik, bahwa wanita tian mandaring tidak akan mengalami gangguan sampai melahirkan.
Kambang mayang yang ada di dalam upung dikeluarkan lalu disiramkan dengan air ke kepala sebanyak tiga kali. Siraman yang pertama tangkai posisinya harus mengarah ke atas, siraman kedua tangkai mayang harus berada di bawah dan siraman yang ketiga ditelentangkan dan ditelungkupkan.
Kambang mayang yang berada di tengah-tengah diambil sebanyak dua tangkai, kemudian diletakkan di sela-sela kedua telinga sebagai sumping. Berikutnya adalah memasukkan lingkaran benang berulas-ulas, mulai dari kaki tiga kali berturut-turut. Pada waktu memasukkan wanita tian mandaring maju melangkah ke depan setapak, memasukkan kedua mundur, memasukkan ketiga maju lagi setapak.
Pada pintu pagar mayang ditempatkan kuali tanah dan telur ayam, begitu keluar pagar mayang kuali dan telur itu harus diinjak oleh si wanita tian mandaring sampai pecah. Selesai upacara ini wanita tian mandaring dibawa ke dalam rumah beserta undangan yang hanya boleh dihadiri oleh wanita. Di hadapan hadirin rambutnya disisir, dirias dan digelung serta diberi pakaian bagus. Sebuah cermin dan lilin yang sedang menyala diputar mengelilingi wanita tian mandaring dan dilakukan sebanyak tiga kali, sambil ditapung tawari dengan minyak likat baboreh. Sumbu lilin yang telah hangus disapukan ke ulu hati wanita tian mandaring dengan maksud untuk mendapatkan keturunan yang rupawan dan baik hati. Upacara ini diakhiri dengan bersalam-salaman sambil mendokan wanita tian mandaring.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, upacara adat, Tradisi, )
Pada upacara ini disediakan pagar mayang, yaitu sebuah pagar yang sekelilingnya digantungkan mayang-mayang pinang. Tiang-tiang pagar dibuat dari batang tebu yang diikat bersama tombak. Di dalam pagar ditempatkan perapen, air bunga-bungaan, air mayang, keramas asam kamal, kasai tamu giring, dan sebuah galas dandang diisi air yang telah dibacakan doa-doa.
Wanita tian mandaring yang akan mandi di upacara itu akan didandani dengan pakaian sebagus-bagusnya. Setelah waktu dan peralatan yang ditentukan sudah siap, wanita tian mandaring dibawa menuju pagar mayang sambil memegang nyiur balacuk dengan dibungkus kain berwarna kuning. Saat berada dalam pagar mayang untuk dimandikan, pakaian yang dikenakan diganti kain kuning kemudian wanita hamil tadi didudukkan di atas kuantan batiharap dengan beralaskan bamban bajalin.Lima atau tujuh orang wanita tua secara bergantian menyiram dan melangir kepala wanita tian mandaring dengan air bunga-bungaan yang telah disediakan.
Salah seorang wanita yang dianggap paling berpengaruh diserahi tugas memegang upung mayang yang masih terkatup tepat diatas kepala. Kemudian upung mayang tersebut dipukul sekeras-kerasnya hanya satu kali pukulan. Apabila upung mayang tersebut dipukul satu kali sudah pecah maka merupakan pertanda baik, bahwa wanita tian mandaring tidak akan mengalami gangguan sampai melahirkan.
Kambang mayang yang ada di dalam upung dikeluarkan lalu disiramkan dengan air ke kepala sebanyak tiga kali. Siraman yang pertama tangkai posisinya harus mengarah ke atas, siraman kedua tangkai mayang harus berada di bawah dan siraman yang ketiga ditelentangkan dan ditelungkupkan.
Kambang mayang yang berada di tengah-tengah diambil sebanyak dua tangkai, kemudian diletakkan di sela-sela kedua telinga sebagai sumping. Berikutnya adalah memasukkan lingkaran benang berulas-ulas, mulai dari kaki tiga kali berturut-turut. Pada waktu memasukkan wanita tian mandaring maju melangkah ke depan setapak, memasukkan kedua mundur, memasukkan ketiga maju lagi setapak.
Pada pintu pagar mayang ditempatkan kuali tanah dan telur ayam, begitu keluar pagar mayang kuali dan telur itu harus diinjak oleh si wanita tian mandaring sampai pecah. Selesai upacara ini wanita tian mandaring dibawa ke dalam rumah beserta undangan yang hanya boleh dihadiri oleh wanita. Di hadapan hadirin rambutnya disisir, dirias dan digelung serta diberi pakaian bagus. Sebuah cermin dan lilin yang sedang menyala diputar mengelilingi wanita tian mandaring dan dilakukan sebanyak tiga kali, sambil ditapung tawari dengan minyak likat baboreh. Sumbu lilin yang telah hangus disapukan ke ulu hati wanita tian mandaring dengan maksud untuk mendapatkan keturunan yang rupawan dan baik hati. Upacara ini diakhiri dengan bersalam-salaman sambil mendokan wanita tian mandaring.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, upacara adat, Tradisi, )
0 komentar:
Posting Komentar