Acara dimulai sekitar pukul 13.30 WIB yang diawai dengan iring-iringan rombongan budaya wisanggeni dari Balai Kota Surakarta. Selain para lelaki berjas merah yang riuh memainkan tetabuhan, ada sekumpulan lelaki dan perempuan mengenakan pakaian unik yang mengingatkan kita pada basana khas Solo Carnival
Rombongan itu mengarah ke Kelenteng Tien Kok Sie yang terletak di seberang Pasar Gede, Klenteng yang dibangun pada 1745 itu menjadi pusat ibadah sekaligus pusat perayaan Tahun Baru Imlek di Surakarta. dimana area sekitar kelenteng menjadi jalur utama arak-arakan Grebeg Sudiro yang di dukung 59 kelompok beserta dari berbagai latar belakang.
Akulturasi budaya antara Tionghoa dan Jawa bisa terlihat dari gunungan yang ditandu. Ada bentuk yang mengadaptasi bentuk gunungan pada umumnya, tetapi isinya bakpau dan makanan khas etnik Tionghoa lainnya. Ada pula gunungan yang berbentuk istana dan diisi kue keranjang
“Tradisi Grebeg Sudiro adalah emberio untuk menyatukan kemajemukan di Solo yang memiliki latar belakang etnik berbeda-beda. Melalui acara Grebeg kami mengimlementasikan Pancasila sila ke 3,” ujar Wali Kota Surakarta EX Hadi Rudiyantmo dalam sambutannya.
(Budaya, upacara adat., upacara adat.Tradisi.Tokoh, )
0 komentar:
Posting Komentar