Minggu, 14 Juni 2015

BUDAYA & TRADISI RABU PUNGKASAN YOGJAKARTA

Rabu Pungkasan adalah sebuah upacara adat yang dilakukan oleh warga desa Wonokromo. Upacara tersebut sebenarnya terdapat beberapa ritual lagi. Rabu Pungkasan sebenarnya hanya waktunya, yakni karena upacara adat tersebut dilakukan pada hari Rabu terahir bulan Shofar setiap tahunnya.
Beberapa upacara tersebut adalah; Wisuh dan ngarak Gunungan dan Boga Wiwaha yang berwujud lemper agung.
Upacara tradisional Rebo Pungkasan (Rabu terakhir) yang digelar masyarakat Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, menjadi atraksi wisata andalan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)."Upacara Rebo Pungkasan selalu menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut, sehingga diharapkan jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat," kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, Bambang Legowo, di Bantul. Dikatakannya, upacara tradisional ini selalu mengundang perhatian seluruh lapisan masyarakat karena waktunya diperhitungkan setiap Rabu terakhir pada bulan Sapar (penanggalan Jawa/Islam), karena itu upacara ini selalu ditunggu oleh masyarakat di daerah ini.Ia mengatakan, pada tahun ini upacara puncak Rebo Pungkasan dengan kegiatan kirab gunungan dan "lemper raksasa" (sejenis makanan tradisional) diperkirakan jatuh pada Selasa malam, mulai pukul 19.00 WIB hingga larut malam. "Kirab gunungan dan ’lemper’ berukuran raksasa ini rencananya berlangsung dari depan Masjid Al Huda, Wonokromo, sampai depan Balai Desa Wonokromo," katanya. Menurut dia, upacara Rebo Pungkasan yang dimulai saat Bulan Suro dan Sapar sejak bertahun-tahun lalu selalu digelar masyarakat Wonokromo. "Ceritanya, warga desa saat itu mendapat banyak musibah (pageblug), sehingga agar terhindar dari penyakit dan bahaya, banyak orang memohon pertolongan dari tokoh agama setempat, Kyai Muhamad Fakih alias Kyai Welit," katanya.Ditambahkannya, warga diberi obat berupa selembar wifiq (tulisan arab di atas kertas). Wifiq tersebut dimasukkan ke dalam air tawar untuk diminum atau digunakan untuk mandi. "Karena semakin banyak orang yang meminta, wifiq tersebut dimasukkan ke dalam tempuran (pertemuan dua aliran sungai), yaitu sungai Gajah Wong dan Opak yang tepat melintas di Desa Wonokromo pada malam Rabu terakhir bulan Sapar 1837," katanya. Ia mengatakan, inti dari upacara Rebo Pungkasan adalah tolak bala dari segala penyakit dan prosesi upacara tersebut hingga sekarang berkembang menjadi atraksi pariwisata sekaligus melestarikan tradisi leluhur.
Para penduduk Wonokromo memiliki kepercayaan bahwa tiap satu tahun terdapat satu bulan yang berpotensi diturunkan balak, yaitu bulan Shofar, dan di bulan Shofar berpotensi diturunkan balak pada minggu terakhir, tujuh hari pada minggu terakhir dan jatuh pada hari Rabu, dan pada hari Rabu terakhir bulan Shofar berpotensi diturunkan balak pada malam Rabu antara waktu Maghrib dan Isyak, sehingga pada waktu tersebut di Wonokromo sangat dianjurkan warga untuk berdzikir dan bermunajat kepada Allah agar tidak diturunkan balak tersebut. Ngarak Lemper dan Gunungan dimaksudkan sebagai wujud rasa syukur pada Alloh SWT, untuk tolak balak dan sebagai sedekah pemerintah desa kepada warga desanya.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, upacara adat, Tradisi,)


***)berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar