Nelayan Palabuhanratu dalam menyambut hari nelayan ke-54
menggelar ritual adat istiadat yakni Larung Saji atau menabur sesajen ke Laut
Selatan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
Kegiatan yang dilakukan oleh ribuan nelayan di Palabuhanratu tersebut mengerahkan ratusan kapal perahu tradisional untuk mengiring sesaji yang sudah dipersiapkan oleh sesepuh ada di Palabuhanratu khususnya di Desa Jayanti.
Kegiatan yang dilakukan oleh ribuan nelayan di Palabuhanratu tersebut mengerahkan ratusan kapal perahu tradisional untuk mengiring sesaji yang sudah dipersiapkan oleh sesepuh ada di Palabuhanratu khususnya di Desa Jayanti.
Adapun barang-barang yang dibuat menjadi sesajen adalah
satu kepala kerbau, ayam bakakak, buah-buahan, uang dan hasil bumi lainnya.
"Ritual Larung Saji ini sudah ada sejak nenek moyang kami, acara hari nelayan ini kami laksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rizkinya kepada para nelayan," kata Ketua Panitia Larung Saji Desa Jayanti.
"Ritual Larung Saji ini sudah ada sejak nenek moyang kami, acara hari nelayan ini kami laksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rizkinya kepada para nelayan," kata Ketua Panitia Larung Saji Desa Jayanti.
Adat istiadat warga di Palabuhanratu yang sudah melakukan
ritual ini sejak ratusan tahun lalu.
Sehingga, dengan masih adanya ritual seperti ini bukan
berarti berbeda pemahaman dengan pihak Pemkab Sukabumi yang perayaan Hari
Nelayan tersebut hanya sebatas menebar tukik atau benih ikan kakap merah dan
putih.
Walaupun ada sesajen yang ditaburkan pada Hari Nelayan itu, tujuannya sebagai ucapan terima kasih yang selama setahun ini para nelayan di Palabuhanratu tidak henti-hentinya menangkap ikan dan bukan berarti sesajen itu diberikan kepada makhluk halus atau jin tetapi ditebar ke laut agar menjadi sumber makanan untuk ikan.
Adapun lokasi Larung Saji tersebut berada di 5 mil laut dari Desa Jayanti yakni di spot Jero Kidul Ciracek yang merupakan tempat berkumpulnya ikan atau Fishing Ground.
"Ritual Larung Saji ini akan kami pertahankan sampai anak cucu kami, jika ada perbedaan dalam merayakan Hari Nelayan dengan Pemkab ini bukanlah masalah karena pihak pemerintah lebih kepada acara seremoninya," tambahnya.
Sementara, sesepuh nelayan Desa Jayanti, Ibong mengatakan, Larung Saji ini juga bertujuan sebagai permintaan rizki kepada Allah SWT produksi ikan terus meningkat sepanjang tahun, selain itu juga untuk membersihkan diri dari jiwa yang kotor selama satu tahun ini.
Adapun pada ritual tersebut nelayan berebut hasil bumi yang ditabur di tengah laut dan memandikan perahunya dengan air laut yang, sudah menjadi kebiasaan para nelayan yang menganggap hal itu bisa membawa berkah.
Walaupun ada sesajen yang ditaburkan pada Hari Nelayan itu, tujuannya sebagai ucapan terima kasih yang selama setahun ini para nelayan di Palabuhanratu tidak henti-hentinya menangkap ikan dan bukan berarti sesajen itu diberikan kepada makhluk halus atau jin tetapi ditebar ke laut agar menjadi sumber makanan untuk ikan.
Adapun lokasi Larung Saji tersebut berada di 5 mil laut dari Desa Jayanti yakni di spot Jero Kidul Ciracek yang merupakan tempat berkumpulnya ikan atau Fishing Ground.
"Ritual Larung Saji ini akan kami pertahankan sampai anak cucu kami, jika ada perbedaan dalam merayakan Hari Nelayan dengan Pemkab ini bukanlah masalah karena pihak pemerintah lebih kepada acara seremoninya," tambahnya.
Sementara, sesepuh nelayan Desa Jayanti, Ibong mengatakan, Larung Saji ini juga bertujuan sebagai permintaan rizki kepada Allah SWT produksi ikan terus meningkat sepanjang tahun, selain itu juga untuk membersihkan diri dari jiwa yang kotor selama satu tahun ini.
Adapun pada ritual tersebut nelayan berebut hasil bumi yang ditabur di tengah laut dan memandikan perahunya dengan air laut yang, sudah menjadi kebiasaan para nelayan yang menganggap hal itu bisa membawa berkah.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, upacara adat, Tradisi, )
0 komentar:
Posting Komentar