Senin, 27 Juli 2015

TRADISI & BUDAYA NGEJOT ATAU MESAIBAN PADA MASYARAKAT BALI

Masyarakat  Bali yang pada umumnya ramah tamah, dengan pola kehidupan yang bhineka atau plurarisme dan tidak terlalu banyak aturan ataupun fanatik terhadap suatu paham, memiliki adat istiadat yang selalu mereka pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa hidup dengan kedamaian. Siapa tahu bagi anda yang kebetulan pertama kali datang ke Pulau Seribu pura ini, entah itu untuk liburan, tugas kantor, study ataupun berbisnis, ada perlunya mengetahui beberapa hal tentang kebiasaan masyarakat, selain mungkin tempat-tempat wisata yang indah di  sepanjang perjalanan juga kebiasaan unik yang menarik.

Ngejot/mesaiban atau dalam bahasa Sansekerta dikenal dengan istilah Yadya sesa merupakan kegiatan ritual sehari-hari masyarakat Bali sebelum menyantap makanan yang telah dimasak. Ngejot biasanya dilakukan pada pagi hari ketika kegiatan masak telah selesai dilakukan. Ngejot artinya menghaturkan makanan dalam porsi sangat kecil kepada para Dewa Dewi yang diletakkan di sanggah (pura). Apa yang dimasak hari itu, itulah yang dihaturkan, kadang kala adapula sebagian orang Bali yang  menghaturkan cukup dengan nasi putih dan saur(kelapa yang sudah diparut dicampur bahan pewarna kuning umumnya dari Kunyit yang sudah di goreng).  Dalam ritual ngejot/mesaiban, hal yang pertama dipersiapkan adalah potongan-potongan daun pisang (atau juga kertas) yang berukuran sekitar 5 x 5 cm. Di atas potongan-potongan daun tersebut diisi beberapa biji nasi dan sayuran yang dimasak pada hari itu. Kemudian sajian itu diletakkan / dihaturkan di sanggah-sanggah (pura) yang bertujuan sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada para Dewa – Dewi (Tuhan) sekaligus permohonan maaf dan meminta agar makanan yang akan disantap oleh anggota keluarga dibebaskan dari dosa. Kenapa makanan itu mengandung dosa? Karena saat kita memasak, mungkin ada semut, hewan kecil atau bakteri yang mati ketika kita memasak makanan tersebut. Inilah yang harus disucikan, dan berharap agar roh-roh mereka bisa berinkarnasi kembali menjadi mahluk yang lebih tinggi derajatnya.  Selain dipersembahkan kepada Tuhan (melalui para Dewa – Dewi), ngejot juga dihaturkan kepada para leluhur yang telah meninggal. Hal ini bertujuan agar kita selalu mendapat restu dari para leluhur. Ada juga beberapa orang Bali yang ngejot pada tempat-tempat keramat yang dipercaya sebagai tempat tinggal mahkluk halus (jin,dedemit, setan, buta khala, dan sejenisnya). Apakah mereka makan nasi? Tidak!!! Ngejot itu bagi para mahluk gaib adalah simbol jalinan penghormatan dan persahabatan dari manusia dengan tujuan agar mereka tidak mengganggu kehidupan manusia, sehingga akan tercipta suasana yang damai dan harmonis. Lalu mengapa manusia harus menghormati mereka? Bukankah mereka mahluk yang dibenci Tuhan dan dianggap sebagai musuh Tuhan? Tuhan tidak pernah memben'ci ciptaan-Nya, dan Tuhan Yang Maha Sakti tidak pernah mempunyai musuh. Menurut penuturan tetua-tetua Bali yang bisa memasuki alam mereka, mereka juga memuja Tuhan dengan cara mereka sendiri. Mungkin habungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan juga kepada alam inilah sebagai salah satu penyebab di pulau Bali penuh kedamaian dan keharmonisan.  
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Kebiasaan, upacara adat,Tradisi)

1 komentar: