Senin, 10 Agustus 2015

TRADISI & BUDAYA BINARUNDAK SULAWESI UTARA


Bagi warga Bolaang Mongondow Raya (BMR) lebaran selalu identik dengan tradisi Binarundak atau tradisi bakar nasi jaha secara massal. Tradisi yang sudah berlangsung secara turun temurun ini, ternyata menjadi motivasi tersendiri bagi para perantau yang mudik pada saat lebaran.
 tradisi binarundak yang diselenggarakan 3 hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Binarundak adalah tradisi bersama-sama memasak nasi khas Sulawesi Utara. Kuliner yang disebut nasi jaha tersebut dibuat dengan campuran jahe, santan, dan juga beras ketan yang dimasukkan ke dalam sebuah batang bambu yang dilapisi dengan daun pisang. Bambu tersebut kemudian dibakar dengan serabut kelapa. Keunikan tidak hanya terletak pada nasinya, namun juga proses pembakaran bambu yang dilakukan di lapangan ataupun jalanan. Setelah matang, nasi jaha akan dinikmati masyarakat dan perantau yang pulang ke kampung halaman. Bagi masyarakat Motoboi Besar, binarundak tidak hanya sekadar ritual, namun juga merupakan ajang untuk menjalin tali silaturahmi.
Dimana penduduk atau warga masyarakat yang biasanya merantau ke Jawa atau pulau lainnya di Indonesia akan meluangkan waktu untuk pulang kampung dan berkumpul bersama dengan anggota keluarga yang lain. Sedangkan nasi jaha sendiri adalah salah satu makanan khas dari Sulawesi Utara yang berbahan utama ketan dan santan yang dimasak dengan cara dipanggang dengan menggunakan bambu sebagai wadahnya.
Dikarenakan ketupat sudah menjadi makanan yang banyak dikenal, maka dipilih nasi jaha yang merupakan nasi khas Sulawesi Utara. Tradisi ini juga dibuat sebagai media silaturahim masyarakat rantau dengan masyarakat setempat.
Oleh karena itu, rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang sangat kuat dalam pelaksanaan tradisi binarundak. Kedepannya, tradisi binarundak akan dijadikan sebagai acara tetap tahunan dan menjadi ikon Kotamobagu sebagai tujuan wisata kuliner.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Tradisi, upacara adat, )

***)berbagai sumber

2 komentar: