Merupakan
perayaan untuk memperingati kemenangan Kerajaan Mengwi ketika perang melawan
Kerajaan Blambangan dari Banyuwangi, Jawa Timur.
Tradisi
Makotek sendiri akhirnya sampai sekarang sering diperingati, dengan maksud
memohon belas kasihan Tuhan supaya menghindarkan dari wabah penyakit atau
segala bahaya yang mengancam kampung Munggu sendiri.
Biasanya
sebelum tradisi Makotek dimulai maka para peserta akan lebih dulu melakukan
Persembayangan
di sebuah pura desa. Kemudian
dipercikan air para peserta makotek. Untuk
peserta Makotek yang ikutpun ada syaratnya
yakni tidak diperkenankan jika keluarganya ada
yang sedang meninggal atau isterinya melahirkan.
Disebut makotek lantaran berawal dari suara kayu-kayu yang saling
bertabrakan ketika kayu-kayu tersebut disatukan menjadi bentuk gunung yang
menyudut keatas. "Makotek karena timbul dari suara kayu-kayu yang digabung
jadi satu, bunyinya tek ... tek ... tek...
Sebenarnya
dulu tradisi ini bernama grebek yang artinya saling dorong," jelasnya.
Dalam tradisinya, perang makotek ini dilakukan oleh sekitar ratusan kaum
laki-laki yang berasal dari Desa Munggu. Mereka rata-rata berumur 13 hingga 60
tahun.
Sebelum
memulai atraksi ini peserta terlebih dahulu melakukan persembahyangan bersama
di
Pura desa,
dengan dipercikan air
suci. “Antraksi ini ada
pantangannya. Peserta yang ikut tidak boleh ada yang keluarganya sedang
meninggal, dan istrinya melahirkan,". Dalam permainannya, ratusan
kayu-kayu tersebut masing-masing dipegang oleh para laki-laki dengan cara
menggabungkan kayu sepanjang 3,5 meter dari pohon pulet hingga membentuk
kerucut. Kemudian salah satu dari pemuda yang merasa tertantang pun harus
menaiki kayu
tersebut hingga berada di ujung dengan posisi berdiri. Di sisi lain dengan cara yang sama,
ratusan orang dengan kayu-kayu tersebut juga disatukan hingga berbentuk
kerucut, dan dinaiki oleh salah seorang pemuda. Kedua kelompok dengan masing-masing
kayu tersebut kemudian dipertemukan untuk berperang layaknya panglima perang..
Meski cukup berbahaya karena banyak pula yang terjatuh dari ujung kayu, namun tradisi ini tetap dianggap menyenangkan dengan banyaknya orang yang berkali-kali mencoba untuk naik. Tradisi yang selalu dilakukan pada sore hari tersebut sempat menutup jalan selama beberapa jam ketika tradisi berjalan.
Meski cukup berbahaya karena banyak pula yang terjatuh dari ujung kayu, namun tradisi ini tetap dianggap menyenangkan dengan banyaknya orang yang berkali-kali mencoba untuk naik. Tradisi yang selalu dilakukan pada sore hari tersebut sempat menutup jalan selama beberapa jam ketika tradisi berjalan.
Sumber : senitradisional.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar