Kamis, 18 Desember 2014

TRADISI, BUDAYA DAN KEPERCAYAAN



Tradisi & Budaya minum jamu sudah menjadi warisan leluhur. Minum jamu mampu membentuk karakter masyarakat sebagai usaha menjaga kesehatan. Pembuktian ilmiah jamu memang tidak mengikuti cara kodekteran konvensional. “Jamu sebagai bagian dari budaya bangsa yang memiliki ciri khas dan kekuatan, khasiatnya memang bergantung pada kepercayaan dari orang yang meminumnya,” ungkap peneliti jamu Dr dr Lestari Handayani usai meenyampaikan pidato pengukuhannya sebagai profesor riset di Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.
Tradisi, budaya.     Perkembangan jamu tidak lepas dari nilai budaya. Namun, untuk meraih khasiatnya, dibutuhkan adanya aspek kepercayaan,”Rasa dan khasiatnya akan berbeda antara orang yang percaya dan tidak.
Orang yang menyakini meminum jamu akan menyembuhkan dan memelihara kesehatan akan merasakan efeknya tersendiri. Efek yang sama tak akan dialami oleh mereka yang tidak memercayainya. “Dalam catatan sejarah, jamu telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional,” ucapnya.
Tidak semua jamu bisa dibuat sendiri di rumah. Namun, ada sejumlah jamu yang terbilang mudah untuk disiapkan.
Contohnya, beras kencur dan kunir asem yang berkhasiat untuk menambah kebugaran. Kunir asem pun bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik. “Ketika mencoba mendapatkan khasiatnya, perhatikan takaran jamu karena jika berlebihan pun tak baik untuk tubuh,” ujar Lestari mengingatkan.
Untuk membuatnya menjadi jamu, bersihkan rimpang kencur dan kunir asem dari kulitnya, cuci bersih, lalu tumbuk, selanjutnya, masak kencur atau kunir asem bersama gula aren dan jeruk nipis. “Diminum hangat lebih nikmat,”ungkapnya.       


***)qommarria rostanti

0 komentar:

Posting Komentar