Tradisi & Budaya minum jamu sudah menjadi warisan leluhur. Minum jamu
mampu membentuk karakter masyarakat sebagai usaha menjaga kesehatan. Pembuktian
ilmiah jamu memang tidak mengikuti cara kodekteran konvensional. “Jamu sebagai
bagian dari budaya bangsa yang memiliki ciri khas dan kekuatan, khasiatnya
memang bergantung pada kepercayaan dari orang yang meminumnya,” ungkap peneliti
jamu Dr dr Lestari Handayani usai meenyampaikan pidato pengukuhannya sebagai
profesor riset di Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.
Tradisi, budaya. Perkembangan
jamu tidak lepas dari nilai budaya. Namun, untuk meraih khasiatnya, dibutuhkan
adanya aspek kepercayaan,”Rasa dan khasiatnya akan berbeda antara orang yang
percaya dan tidak.
Orang yang menyakini meminum jamu akan menyembuhkan dan memelihara
kesehatan akan merasakan efeknya tersendiri. Efek yang sama tak akan dialami
oleh mereka yang tidak memercayainya. “Dalam catatan sejarah, jamu telah lama
dikenal dalam pengobatan tradisional,” ucapnya.
Tidak semua jamu bisa dibuat sendiri di rumah. Namun, ada sejumlah jamu
yang terbilang mudah untuk disiapkan.
Contohnya, beras kencur dan kunir asem yang berkhasiat untuk menambah
kebugaran. Kunir asem pun bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik. “Ketika mencoba
mendapatkan khasiatnya, perhatikan takaran jamu karena jika berlebihan pun tak
baik untuk tubuh,” ujar Lestari mengingatkan.
Untuk membuatnya menjadi jamu, bersihkan rimpang kencur dan kunir asem dari
kulitnya, cuci bersih, lalu tumbuk, selanjutnya, masak kencur atau kunir asem
bersama gula aren dan jeruk nipis. “Diminum hangat lebih nikmat,”ungkapnya.
***)qommarria rostanti
0 komentar:
Posting Komentar