Tradisi & Budaya. Mungu adalah sebuah desa kecil yang terletak sekitar 10 kilo meter di sebelah barat kota Denpasar dan terhitung masuk kedalam kecamatan Mengwi, Badung. Desa kecil dengan rumah-rumah yang padat tipikal desa-desa kecil yang ada di Bali pada umumnya, jalannya kecil beraspal dan memiliki 12 Banjar yang jaraknya hampir berdekatan antara Banjar satu dengan Banjar lainnya. Persawahan justru banyak saya temui diluar areal pusat desa terutama wilayah bagian barat desa.
Tradisi & budaya Mekotek atau yang lebih di kenal dengan istilah Ngerebek biasanya dilaksanakan setiap Hari Raya Kuninagan yang biasanya jatuh setiap 6 bulan penanggalan Bali. Konon tradisi ini dilakukan karena dulu desa ini mengalami "grubug" yaitu meninggalnya penduduk desa secara terus menerus tanpa sebab yang pasti.
Upacara Mekotek dilaksanakan dengan tujuanmemohon keselamatan. Upacara yang juga dikenal dengan istilah ngerebek. Mekotek ini adalah warisan leluhur, adat budaya dan tradisi yang secara turun temurun terus dilakukan umat Hindu di Bali.
Pada awalnya pelaksanaan upacara Mekotekdiselenggarakan untuk menyambut armada perang yang melintas di Munggu yang akan berangkat ke medan laga, juga penyambutan pasukan saat mendapat kemenangan perang Blambangan pada masa kerajaan silam.
Tradisi Budaya Mekotek berasal dari kebiasaan masyarakat Desa Munggu yang selalu memukul kayu hingga mengeluarkan bunyi tek-tek. Kebiasaan ini memang ritual dari tradisi mereka. Tradisi ini selalu diperingati hingga sekarang sebagai bentuk perayaan atas kemenangan pasukan kerajaan Mengwi yang berhasil mengalahkan pasukan dari kerajaan Blambangan. Selain itu tradisi tahunan yang diselenggarakan setiap Hari Raya Kuningan ini juga bertujuan untuk menolak bala. Dipercaya untuk mengusir perihal sial, seperti musibah wabah penyakit. Jadi ritual ini berfungsi untuk menghindarkan masyarakat sekitar agar jauh dari wabah penyakit yang mematikan.
Tradisi Mekotek ini diikuti oleh kaum pria mulai dari yang muda hingga orang tua. Mereka berbondong-bondong mengarak gunungan kayu dan memukulnya bergantian hingga mengeluarkan bunyi tek-tek. Upacara ini Makotek ini diikuti sekitar 2000 penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari umur 12 tahun hingga 60 tahun. Mereka mengenakan pakaian adat madya dengan hanya mengenakan kancut dan udeng batik dan membawa selonjoran kayu 2 meter yang telah dikuliti. Pada tengah hari seluruh peserta berkumpul di pura Dalem Munggu yang memanjang. Disana dilakukan upacara syukuran bahwa selama 6 bulan pertanian perkebunan dan segala usaha penduduk berlangsung dengan baik, setelah serangkaian upacara berlangsung, keseluruhan peserta melakukan pawai menuju ke sumber air yang ada di bagian utara kampung. Warga kemudian terbagi dalam beberapa kelompok . Di setiap pertigaan yang dilewati masing masing kelompok yang terdiri dari 50 orang akan membuat bentuk segitiga menggabungkan kayu-kayu tersebut hingga berbentuk kerucut lalu mereka berputar, berjingkrak dengan iringan gamelan. Pada saat yang tepat seorang yang dianggap punya nyali sekaligus punya kaul akan mendaki puncak piramid dan melakukan atraksi entah mengangkat tongkatnya atau berdiri dengan mengepalkan tangan, sambil berteriak laksana panglima perang mengkomamdoi prajuritnya untuk terus menerjang musuh lalu kemudian ditabrakkan dengan kelompok yang mendirikan tumpukan kayu yang lain. Sesampai di sumber air, tameng suci, segala perangkat upacara yang dibawa dari Pura Dalem diberi tirta air suci dan dibersihkan. Kemudian mereka melakukan pawai kembali ke Pura Dalem untuk menyimpan semua perangkat yang dibawa berkeliling tadi.
Karena tradisi yang unik dan bersejarah bagi Desa Munggu ini pun juga menarik kaum wisatawan untuk mengenalnya lewat pariwisata. Mengabadikannya dalam bentuk foto atau video karena semuanya memang diperbolehkan. Tradisi ini sebagai bentuk pengenalan terhadap dunia wisata di seluruh dunia.
***)berbagai sumber
Tradisi & budaya Mekotek atau yang lebih di kenal dengan istilah Ngerebek biasanya dilaksanakan setiap Hari Raya Kuninagan yang biasanya jatuh setiap 6 bulan penanggalan Bali. Konon tradisi ini dilakukan karena dulu desa ini mengalami "grubug" yaitu meninggalnya penduduk desa secara terus menerus tanpa sebab yang pasti.
Upacara Mekotek dilaksanakan dengan tujuanmemohon keselamatan. Upacara yang juga dikenal dengan istilah ngerebek. Mekotek ini adalah warisan leluhur, adat budaya dan tradisi yang secara turun temurun terus dilakukan umat Hindu di Bali.
Pada awalnya pelaksanaan upacara Mekotekdiselenggarakan untuk menyambut armada perang yang melintas di Munggu yang akan berangkat ke medan laga, juga penyambutan pasukan saat mendapat kemenangan perang Blambangan pada masa kerajaan silam.
Tradisi Budaya Mekotek berasal dari kebiasaan masyarakat Desa Munggu yang selalu memukul kayu hingga mengeluarkan bunyi tek-tek. Kebiasaan ini memang ritual dari tradisi mereka. Tradisi ini selalu diperingati hingga sekarang sebagai bentuk perayaan atas kemenangan pasukan kerajaan Mengwi yang berhasil mengalahkan pasukan dari kerajaan Blambangan. Selain itu tradisi tahunan yang diselenggarakan setiap Hari Raya Kuningan ini juga bertujuan untuk menolak bala. Dipercaya untuk mengusir perihal sial, seperti musibah wabah penyakit. Jadi ritual ini berfungsi untuk menghindarkan masyarakat sekitar agar jauh dari wabah penyakit yang mematikan.
Tradisi Mekotek ini diikuti oleh kaum pria mulai dari yang muda hingga orang tua. Mereka berbondong-bondong mengarak gunungan kayu dan memukulnya bergantian hingga mengeluarkan bunyi tek-tek. Upacara ini Makotek ini diikuti sekitar 2000 penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari umur 12 tahun hingga 60 tahun. Mereka mengenakan pakaian adat madya dengan hanya mengenakan kancut dan udeng batik dan membawa selonjoran kayu 2 meter yang telah dikuliti. Pada tengah hari seluruh peserta berkumpul di pura Dalem Munggu yang memanjang. Disana dilakukan upacara syukuran bahwa selama 6 bulan pertanian perkebunan dan segala usaha penduduk berlangsung dengan baik, setelah serangkaian upacara berlangsung, keseluruhan peserta melakukan pawai menuju ke sumber air yang ada di bagian utara kampung. Warga kemudian terbagi dalam beberapa kelompok . Di setiap pertigaan yang dilewati masing masing kelompok yang terdiri dari 50 orang akan membuat bentuk segitiga menggabungkan kayu-kayu tersebut hingga berbentuk kerucut lalu mereka berputar, berjingkrak dengan iringan gamelan. Pada saat yang tepat seorang yang dianggap punya nyali sekaligus punya kaul akan mendaki puncak piramid dan melakukan atraksi entah mengangkat tongkatnya atau berdiri dengan mengepalkan tangan, sambil berteriak laksana panglima perang mengkomamdoi prajuritnya untuk terus menerjang musuh lalu kemudian ditabrakkan dengan kelompok yang mendirikan tumpukan kayu yang lain. Sesampai di sumber air, tameng suci, segala perangkat upacara yang dibawa dari Pura Dalem diberi tirta air suci dan dibersihkan. Kemudian mereka melakukan pawai kembali ke Pura Dalem untuk menyimpan semua perangkat yang dibawa berkeliling tadi.
Karena tradisi yang unik dan bersejarah bagi Desa Munggu ini pun juga menarik kaum wisatawan untuk mengenalnya lewat pariwisata. Mengabadikannya dalam bentuk foto atau video karena semuanya memang diperbolehkan. Tradisi ini sebagai bentuk pengenalan terhadap dunia wisata di seluruh dunia.
***)berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar