Senin, 16 Maret 2015

BUDAYA DAN TRADISI NGEREBONG DI BALI

Bali memang menarik untuk dikunjungi. Selain memiliki pesona pemandangan alam, Pulau Dewata juga kaya akan tradisi budaya dan adat istiadat. Tidak heran, karena memang masyarakatnya masih berpegang teguh pada adat istiadat yang dijadikan sebagai kearifan lokal. Salah satu tradisi yang menarik adalah Ngerebong yakni sebuah tradisi unik di desa Pekriman, Kesiman Denpasar. Setidaknya setiap 8 hari setelah Hari Raya Kuningan yakni Redite Pon Wuku Medangsia menurut penanggalan kalender Bali tradisi sakral ngerobong ini dilaksanakan.
Tradisi Ngerebong di Pura Agung Petilan, Kesiman, Denpasar sudah dilakukan secara turun temurun. Tradisi ini bersamaan dengan digelarnya tabuh rah/tajen atau mengadu ayam, kemudian dilanjutkan dengan keluar dari pura. Selanjutnya warga penyungsung melanjutkan ritualnya dengan mengelilingi wantilan. Saat melakukan arak-arakan mengelilingi wantilan ini, beberapa warga mengalami kesurupan. Berbagai berbagai ekpresi yaitu berteriak, menggeram, menangis sambil menari diiringi yang diiringi alunan musik bale ganjur.
Ngerebong sendiri berasal dari kata ngerebong yang artinya berkumpul. Masyarakat setempat percaya bahwa pada hari ngerobong adalah hari dimana para dewa berkumpul. Pusat dari tradisi ini dilakukan di Pura Petilan daerah Kesiman Denpasar. Biasanya jalan-jalan akan ditutup penuh mengingat tradisi ini dianggap sakral. Sebelum acara puncak dimulai biasanya masyarakat sudah memenuhi area acara dengan adanya beberapa suguhan seperti alunan musik tradisional, bunga-bungaan dalam tempayan cantik, serta penjor-penjor. Masyarakat mengawali upacara ini dengan sembahyang di Pure tersebut. Suasana semakin riuh ditambah dengan adanya acara adu ayam di wantilan (bangunan menyerupai bale-bale).
Puncak acara dari tradisi Ngerebong ini ditandai dengan penyisiran jalan oleh pecalang atau polisi adat setempat. Kemudian umat keluar dari pura untuk melanjutkan ritualnya dengan mengelilingi wantilan yang ramai oleh adu ayam sebanyak tiga kali putaran.
Pada saat mengitari tempat itu puluhan umat yang disebut pemedak mengalami kesurupan dengan berteriak, menggeram, menangis sambil menari diiringi alunan musik tradisional.
Selama kerasukan mereka melakukan tindakan berbahaya yakni menghujamkan keris di dada, leher bahkan ubun-ubun, amun anehnya tidak satupun yang terluka.
Aksi yang dilakukan oleh umat yang kesurupan itu dinamakan "ngurek". Konon mengapa pemedek tadi tidak berdarah meskipun telah dihujamkan keris berkali-kali karena adanya kekuatan magis dari roh yang menguasai mereka.
Selain para pemedek, ada juga barong dan rangda yang ikut menari dalam ritual ini. ritual ini akan berakhir saat matahari tenggelam. Roh-roh tadi dipulangkan kealamnya dengan menggiring para pemedek ke dalam pura yang disana telah ada seorang Pemangku. Pemangku tadi yang memiliki kuasa apakah roh tetap tinggal atau pergi. Kemudian setelah roh-roh keluar dari jasad pemedek, dilanjutkan dengan tarian dewa yang menjadi penutup tradisi ngerebong ini. Upacara Ngerebong itu sendiri bertujuan untuk mengingatkan umat hindu melalui ritual sakral tadi untuk terus memelihara keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam. Tidak jelas asal-usul dari tradisi Ngerebong ini, namun masyarakat sekitar terus mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari kehidupan mereka.
Bali memang kaya akan tradisi, hal itulah yang membuat Pulau Dewata ini menjadi menarik untuk dikunjungi. Tradisi Ngerebong ini pun tidak hanya tertutup untuk masyarakat Bali saja, melainkan juga terbuka bagi masyarakat umum yang ingin menyaksikan. Namun untuk bisa menikmati keunikan tradisi tersebut, kalian diharuskan memakai pakaian tradisional khas Bali. Menarik bukan?
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Cirikhas, Tradisi, upacara adat, )


***)berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar