Di saat masa panen selesai, warga di Poso, Sulawesi Tengah menggelar hari raya panen. Warga lokal menyebutnya padungku. Padungku adalah sebuah ritual budaya sehari yang diadakan setahun sekali waktu selesai panen. Ritual budaya ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada tuhan atas berhasilnya panen.
Padungku diadakan di wilayah Poso Kota. Jalanan di wilayah Poso ramai melebihi hari raya keagamaan. Semua warga akan berpesta kunjung mengunjungi rumah ke rumah dengan suguhan khas nasi bambu inuyu, saguer lalu malam harinya ditutup dengan tarian dero.
Perayaan padungku sudah berlangsung di Poso sejak zaman dulu sebelum masyarakat belum mengenal agama. Padungku berasal dari bahasa pamona artinya semua sudah rapi atau sudah tuntas.
Menurut Bungatadi, warga Tagolu Poso dahulu padungku dilaksanakan para petani saja, dengan cara membawa padi yang pertama dipanen mereka untuk dimakan beramai-ramai di Baruga. Ritual ini pun harus melewati beberapa proses seperti para suami tak boleh kumpul dengan para isteri beberapa waktu sebelum panen tiba.
“Saat akan berpadungku. Semua akan sibuk mempersiapkan diri untuk menghidangkan para tamu makanan terbaik,” ungkap Bungatadi.
Saat ini padungku bukan hanya lagi dirayakan oleh petani saja. Padungku kini sudah milik semua warga Poso dengan semua pekerjaan. Kini oleh warga Poso padungku sudah mempunyai arti rasa syukur kepada tuhan atas rezeki yang telah diberikan kepada manusia.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Karakter. Tradisi, upacara adat, )
Padungku diadakan di wilayah Poso Kota. Jalanan di wilayah Poso ramai melebihi hari raya keagamaan. Semua warga akan berpesta kunjung mengunjungi rumah ke rumah dengan suguhan khas nasi bambu inuyu, saguer lalu malam harinya ditutup dengan tarian dero.
Perayaan padungku sudah berlangsung di Poso sejak zaman dulu sebelum masyarakat belum mengenal agama. Padungku berasal dari bahasa pamona artinya semua sudah rapi atau sudah tuntas.
Menurut Bungatadi, warga Tagolu Poso dahulu padungku dilaksanakan para petani saja, dengan cara membawa padi yang pertama dipanen mereka untuk dimakan beramai-ramai di Baruga. Ritual ini pun harus melewati beberapa proses seperti para suami tak boleh kumpul dengan para isteri beberapa waktu sebelum panen tiba.
“Saat akan berpadungku. Semua akan sibuk mempersiapkan diri untuk menghidangkan para tamu makanan terbaik,” ungkap Bungatadi.
Saat ini padungku bukan hanya lagi dirayakan oleh petani saja. Padungku kini sudah milik semua warga Poso dengan semua pekerjaan. Kini oleh warga Poso padungku sudah mempunyai arti rasa syukur kepada tuhan atas rezeki yang telah diberikan kepada manusia.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Karakter. Tradisi, upacara adat, )
0 komentar:
Posting Komentar