Masyarakat Bali yang pada umumnya ramah tamah, dengan
pola kehidupan yang bhineka atau plurarisme dan tidak terlalu banyak aturan ataupun fanatik
terhadap suatu paham, memiliki adat istiadat yang selalu mereka pegang teguh
dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa hidup dengan kedamaian. Siapa
tahu bagi anda yang kebetulan pertama kali datang ke Pulau Seribu pura ini,
entah itu untuk liburan, tugas kantor, study ataupun berbisnis, ada perlunya
mengetahui beberapa hal tentang kebiasaan masyarakat, selain mungkin
tempat-tempat wisata yang indah di sepanjang perjalanan juga kebiasaan
unik yang menarik.
Ngejot/mesaiban atau dalam bahasa Sansekerta dikenal
dengan istilah Yadya sesa merupakan kegiatan ritual sehari-hari masyarakat
Bali sebelum menyantap makanan yang telah dimasak. Ngejot biasanya dilakukan
pada pagi hari ketika kegiatan masak telah selesai dilakukan. Ngejot artinya
menghaturkan makanan dalam porsi sangat kecil kepada para Dewa Dewi yang
diletakkan di sanggah (pura). Apa yang dimasak hari itu, itulah yang
dihaturkan, kadang kala adapula sebagian orang Bali yang menghaturkan
cukup dengan nasi putih dan saur(kelapa yang sudah diparut dicampur bahan
pewarna kuning umumnya dari Kunyit yang sudah di goreng). Dalam ritual
ngejot/mesaiban, hal yang pertama dipersiapkan adalah potongan-potongan daun
pisang (atau juga kertas) yang berukuran sekitar 5 x 5 cm. Di atas
potongan-potongan daun tersebut diisi beberapa biji nasi dan sayuran yang
dimasak pada hari itu. Kemudian sajian itu diletakkan / dihaturkan di
sanggah-sanggah (pura) yang bertujuan sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada
para Dewa – Dewi (Tuhan) sekaligus permohonan maaf dan meminta agar makanan
yang akan disantap oleh anggota keluarga dibebaskan dari dosa. Kenapa makanan
itu mengandung dosa? Karena saat kita memasak, mungkin ada semut, hewan kecil
atau bakteri yang mati ketika kita memasak makanan tersebut. Inilah yang harus
disucikan, dan berharap agar roh-roh mereka bisa berinkarnasi kembali menjadi
mahluk yang lebih tinggi derajatnya. Selain dipersembahkan kepada Tuhan
(melalui para Dewa – Dewi), ngejot juga dihaturkan kepada para leluhur yang
telah meninggal. Hal ini bertujuan agar kita selalu mendapat restu dari para
leluhur. Ada juga beberapa orang Bali yang ngejot pada tempat-tempat keramat
yang dipercaya sebagai tempat tinggal mahkluk halus (jin,dedemit, setan, buta
khala, dan sejenisnya). Apakah mereka makan nasi? Tidak!!! Ngejot itu bagi para
mahluk gaib adalah simbol jalinan penghormatan dan persahabatan dari manusia
dengan tujuan agar mereka tidak mengganggu kehidupan manusia, sehingga akan
tercipta suasana yang damai dan harmonis. Lalu mengapa manusia harus
menghormati mereka? Bukankah mereka mahluk yang dibenci Tuhan dan dianggap
sebagai musuh Tuhan? Tuhan tidak pernah memben'ci ciptaan-Nya, dan Tuhan Yang
Maha Sakti tidak pernah mempunyai musuh. Menurut penuturan tetua-tetua Bali
yang bisa memasuki alam mereka, mereka juga memuja Tuhan dengan cara mereka
sendiri. Mungkin habungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan juga
kepada alam inilah sebagai salah satu penyebab di pulau Bali penuh kedamaian
dan keharmonisan.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Kebiasaan, upacara adat,Tradisi)
https://saglamproxy.com
BalasHapusmetin2 proxy
proxy satın al
knight online proxy
mobil proxy satın al
8VW7CG