Pacu
Jawi yang dalam bahasa Indonesia merupakan balapan sapi adalah merupakan
atraksi budaya anak nagari yang di helat di kabupaten Tanah Datar, Sumatra
Barat, Indonesia. Perhelatan ini di adakan tiap minggu ke 4 dan hanya di 4
kecamatan yang ada di Tanah Datar, Yaitu :
1).
Kecamatan Pariangan
2).
Kecamatan Rambatan
3)
Kecamatan Lima Kaum, dan
4).
Kecamatan Sungai Tarab
Pacu
jawi atau balapan sapi di kendalikan oleh seorang joki tanpa alas kaki yang
menggunakan alat bajak sebagai tempat berpegangan dan bertumpu yang di kaitkan
kepada sepasang jawi dan berlari bersama jawi nya di dalam sawah berair dan
berlumpur. Unik nya sang joki menggigit ekor jawi tersebut agar jawi tersebut
berlari dengan kencang.
Sebelum
acara pacu jawi dimulai biasanya ada prosesi adat yang dilalukan, yaitu arak-arak
an jawi. Prosesi ini diadakan tidak jauh dari tempat pelaksaan pacu jawi.
Jawi-jawi akan di hias dengan menggunakan aksesoris suntiang (
Aksesoris Kepala ) dan pakaian tidak lupa di beri nama yang gagah yang di tulis
pada suntiang ( Aksesoris kepala ) kemudian jawi-jawi akan di arak menuju arena
dengan iringan musik talempong dan ibu – ibu memakai pakaian adat warna warni
yang membawa bakul di atas kepala masing-masing yang biasa nya berisikan
Panganan ( Baban ). Panganan tersebut biasa nya dibuka setelah acara sambutan
berbalas pantun oleh para datuk dan ninik mamak. Tidak hanya itu masih ada
tari-tarian oleh anak gadis dan bujang untuk menyambut rombongan arak-arak
ketika tiba di lokasi dan jika acara pacu jawi di hadiri petinggi, akan di
lakukan prosesi ” Siriah Dalam Carano ” dengan di iringi tari pasambahan untuk
menghormati tamu yang hadir.
Keunikan
pacu jawi tidak hanya di arena pacuan tetapi juga di sekitar arena. Di
karenakan makin banyak pengunjung, sekitar arena pacu jawi banyak berdiri warung-warung
dadakan yang menyediakan kuliner khas daerah setempat, seperti Kopi daun yang
disajikan dengan cangkir dari batok kelapa dan bambu selain itu juga ada gulai
kambing. Tidak hanya menghibur orang dewasa, tetapi juga anak kecil yang ikut
serta dengan keluarganya oleh karena itu ada arena hiburan tradisional yaitu ”
Buayan Kaliang ” atau komidi putar.
Pacu Jawi tumbuh dan berkembang secara turun temurun dari
tradisi tolong – menolong dalam menggarap sawah, karena pada jaman dahulu tidak
mengenal sistem upah. Menurut penuturan sutan mangkuto ( penggemar pacu jawi
dari Tanah Datar ), tradisi pacu jawi dimulai sejak ratusan tahun lalu yaitu
seorang datuk bernama Datuak Tantejo Garano yang mempunyai jawi jantan bernama
Balang Puntuang dan jawi betina bernama Balang Kanai yang di pakai untuk
membajak sawah nya atau pun membantu membajak sawah sanak sodara dan tetangga
nya.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, upacara adat., Tradisi., )
***)berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar