Di Aceh, tepatnya di Gampong Meunasah Pupu, Kabupaten Pidie Jaya- para anak muda sibuk menyiapkan ‘amunisi perang’ untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Mereka mengumpulkan tong atau drum bekas, karbit serta air yang kemudian disulutkan api dari ujung kayu ke lubang kecil dibelakang drum. Dan boooom! Ledakan keras pun menggelegar memeriahkan malam Idul Fitri, bersahutan dibalas oleh anak muda lainnya di kampung sebelah sehingga membuat malam semakin semarak. Mereka melakukan tradisi ini di persawahan yang jaraknya cukup jauh dari perumahan warga agar tidak mengganggu karena suaranya cukup bising.
Beberapa saat kemudian dari kejauhan juga terdengar suara dentuman serupa. Itu ledakan karbit yang dibakar anak-anak kampung lain. mereka menyiapkan lagi serangan balasan berupa suara yang lebih keras lagi agar tak bisa disaingi oleh "pasukan" desa lain.
Begitulah suasana perang karbit yang dilakoni sekelompok remaja pada malam lebaran Idul Fitri di Gampong Meunasah Pupu, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya yang mungkin pada setiap tahunnya.
Pesta meriam bambu dan karbit sudah menjadi tradisi warga Aceh dalam memeriahkan malam Lebaran. Selain bakar meriam bambu dan karbit, warga di sana juga memiliki tradisi takbir di meunasah-meunasah dan masjid untuk menghidupkan malam Idul Fitri yang sakral dan suci bagi umat muslim.
Anak muda di kampung-kampung biasanya menyiapkan meriam bambu atau drum karbit pada pekan terakhir Ramadan, untuk bekal malam lebaran. Warga menyumbang dana suka rela untuk kebutuhan beli karbit atau minyak tanah.
Tradisi meriam bambu pun kini beralih ke karbit. Orang bakar karbit kini lebih mudah dijumpai. Di Kecamatan Ulim misal, selain Gampong Pupu, anak muda di desa lain seperti Blang Usi, Nangroe Barat dan Meunasah Kumbang juga ikut perang karbit.
Uniknya pesta meriam di sini bukan hanya dilakukan laki-laki saja, tapi perempuan juga. Bahkan ibu-ibu ikut membawa kue atau kopi dari rumah untuk diberikan kepada para pembakar karbit.
Bakar meriam bambu dan karbit malam lebaran dipercaya sudah dilakoni anak-anak muda Aceh secara turun temurun. Tradisi ini sempat meredup saat memanasnya konflik Aceh, namun kembali hidup selepas kedua pihak berdamai.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Karakter. Tradisi, upacara adat, )
***)Berbagai sumber
Beberapa saat kemudian dari kejauhan juga terdengar suara dentuman serupa. Itu ledakan karbit yang dibakar anak-anak kampung lain. mereka menyiapkan lagi serangan balasan berupa suara yang lebih keras lagi agar tak bisa disaingi oleh "pasukan" desa lain.
Begitulah suasana perang karbit yang dilakoni sekelompok remaja pada malam lebaran Idul Fitri di Gampong Meunasah Pupu, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya yang mungkin pada setiap tahunnya.
Pesta meriam bambu dan karbit sudah menjadi tradisi warga Aceh dalam memeriahkan malam Lebaran. Selain bakar meriam bambu dan karbit, warga di sana juga memiliki tradisi takbir di meunasah-meunasah dan masjid untuk menghidupkan malam Idul Fitri yang sakral dan suci bagi umat muslim.
Anak muda di kampung-kampung biasanya menyiapkan meriam bambu atau drum karbit pada pekan terakhir Ramadan, untuk bekal malam lebaran. Warga menyumbang dana suka rela untuk kebutuhan beli karbit atau minyak tanah.
Tradisi meriam bambu pun kini beralih ke karbit. Orang bakar karbit kini lebih mudah dijumpai. Di Kecamatan Ulim misal, selain Gampong Pupu, anak muda di desa lain seperti Blang Usi, Nangroe Barat dan Meunasah Kumbang juga ikut perang karbit.
Uniknya pesta meriam di sini bukan hanya dilakukan laki-laki saja, tapi perempuan juga. Bahkan ibu-ibu ikut membawa kue atau kopi dari rumah untuk diberikan kepada para pembakar karbit.
Bakar meriam bambu dan karbit malam lebaran dipercaya sudah dilakoni anak-anak muda Aceh secara turun temurun. Tradisi ini sempat meredup saat memanasnya konflik Aceh, namun kembali hidup selepas kedua pihak berdamai.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Karakter. Tradisi, upacara adat, )
***)Berbagai sumber
https://saglamproxy.com
BalasHapusmetin2 proxy
proxy satın al
knight online proxy
mobil proxy satın al
OA8QU3