Kamis, 11 Juni 2015

ADAT & BUDAYA UPACARA GAREBEG

Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ke-3), tanggal satu bulan Sawal (bulan ke-10) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan ke-12) di Kraton Surakarta dan Jogjakarta. Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan.
Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari Pareden Kakung, Pareden Estri, Pareden Pawuhan, Pareden Gepak, dan Pareden Dharat, serta Pareden Kutug/Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun sekali pada saat Garebeg Mulud tahun Dal.
**) Gunungan kakung berbentuk kerucut yang mana dianggap sebagai bentuk lingga yang bermakna dewa atau kejantanan. Bentuk runcing pada bagian puncak bermakna ketajaman berpikir raja yang membuatnya bijaksana. Bagian mustoko atau mahkota bermakna keseimbangan dunia dan akhirat. Jadi secara umum gunungan ini bermakna hubungan kawula-gusti (hubungan manuia dengan Tuhan dan rakyat dengan rajanya)
**) Gunungan estri memiliki bentuk kerucut terbalik dan bagian dalamnya diisi dengan wajik (makanan dari ketan, santan dan gula jawa). Bagian bawah yang kecil dan terus melebar hingga bagian atas digambarkan sebagai bunga yang sedang mekar atau bentuk yoni (pasangan lingga). Gunungan yang melambangkan kesuburan ini memiliki makna yang lebih dalam yaitu pribadi seorang putri sejati yang mana untuk mencapai tujuan hidupnya harus berbekal pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi godaan.
**) Gunungan pawuhan memiliki bentuk seperti gunungan Putri tetapi lebih kecil. Pawuhan memiliki arti tempat sampah yang mana diibaratkan sebagai tempat menyimpan kekayaan. Jadi gunungan pawuhan memiliki makna apabila seseorang dapat mengatur pendapatan dan pengeluaran secara seimbang maka ia akan hidup tentram dan teratur.
**) Gunungan gepak gunungan yang unik karena berbeda dengan bentuk gunungan lainnya (bagian sesaji). Sesaji gunungan ini diletakan pada jodhang yang ditutup dengan kain Bango Tulak dan bagian dalamnya tertata Panjang Ilang (piring yang terbuat dari janur). Makna gunungan ini adalah dalam rumah tangga, seorang istri harus pandai mengatur ekonomi.
**) Gunungan dharat memiliki bentuk seperti gunungan Putri tapi tidak diisi wajik, tidak ditempatkan diatas jodhang (bagian dasar untuk meletakan gunungan) dan pada bagian mustoko-nya berwarna merah. Dharat memiliki arti tanah, dan gunungan dharat berarti bahwa dunia memiliki beragam kekayaan alam seperti hutan dan hasil bumi.
**) Gunungan kutug/bromo memiliki bentuk khas karena secara terus menerus mengeluarkan asap (kutug) yang berasal dari kemenyan yang dibakar. Gunungan yang satu ini tidak diperebutkan oleh masyarakat melainkan dibawa kembali ke dalam keraton untuk di bagikan kepada kerabat kerajaan. gunungan yang hanya keluar 8 tahun sekali. Bentuk yang mirip dengan gunungan Putri tetapi bentuknya bagian dasarnya tambun dan puncaknya seperti gunung berapi. Gunungan ini benar-benar menyerupai gunung berapi karena bagian puncaknya ditempatkan sebuah Anglo yang mana digunakan untuk membakar kemenyan dan mengepulkan asap jika angin berhembus. Gunungan ini bermakna orang hidup harus berani dan tidak mudah putus asa seperti kobaran api.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, upacara adat.Tradisi, Tradisi, )

0 komentar:

Posting Komentar