Rabu, 05 Agustus 2015

BUDAYA & TRADISI PACU JAWI TANAH DATAR SUMATERA BARAT


Pacu Jawi yang dalam bahasa Indonesia merupakan balapan sapi adalah merupakan atraksi budaya anak nagari yang di helat di kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, Indonesia. Perhelatan ini di adakan tiap minggu ke 4 dan hanya di 4 kecamatan yang ada di Tanah Datar, Yaitu :
1). Kecamatan Pariangan
2). Kecamatan Rambatan
3) Kecamatan Lima Kaum, dan
4). Kecamatan Sungai Tarab
Pacu jawi atau balapan sapi di kendalikan oleh seorang joki tanpa alas kaki yang menggunakan alat bajak sebagai tempat berpegangan dan bertumpu yang di kaitkan kepada sepasang jawi dan berlari bersama jawi nya di dalam sawah berair dan berlumpur. Unik nya sang joki menggigit ekor jawi tersebut agar jawi tersebut berlari dengan kencang.
Sebelum acara pacu jawi dimulai biasanya ada prosesi adat yang dilalukan, yaitu arak-arak an jawi. Prosesi ini diadakan tidak jauh dari tempat pelaksaan pacu jawi.  Jawi-jawi akan di hias dengan menggunakan aksesoris  suntiang ( Aksesoris Kepala ) dan pakaian tidak lupa di beri nama yang gagah yang di tulis pada suntiang ( Aksesoris kepala ) kemudian jawi-jawi akan di arak menuju arena dengan iringan musik talempong dan ibu – ibu memakai pakaian adat warna warni yang membawa bakul di atas kepala masing-masing yang biasa nya berisikan Panganan ( Baban ). Panganan tersebut biasa nya dibuka setelah acara sambutan berbalas pantun oleh para datuk dan ninik mamak. Tidak hanya itu masih ada tari-tarian oleh anak gadis dan bujang untuk menyambut rombongan arak-arak ketika tiba di lokasi dan jika acara pacu jawi di hadiri petinggi, akan di lakukan prosesi ” Siriah Dalam Carano ” dengan di iringi tari pasambahan untuk menghormati tamu yang hadir.
Keunikan pacu jawi tidak hanya di arena pacuan tetapi juga di sekitar arena. Di karenakan makin banyak pengunjung, sekitar arena pacu jawi banyak berdiri warung-warung dadakan yang menyediakan kuliner khas daerah setempat, seperti Kopi daun yang disajikan dengan cangkir dari batok kelapa dan bambu selain itu juga ada gulai kambing. Tidak hanya menghibur orang dewasa, tetapi juga anak kecil yang ikut serta dengan keluarganya oleh karena itu ada arena hiburan tradisional yaitu ” Buayan Kaliang ” atau komidi putar.

Pacu Jawi tumbuh dan berkembang secara turun temurun dari tradisi tolong – menolong dalam menggarap sawah, karena pada jaman dahulu tidak mengenal sistem upah. Menurut penuturan sutan mangkuto ( penggemar pacu jawi dari Tanah Datar ), tradisi pacu jawi dimulai sejak ratusan tahun lalu yaitu seorang datuk bernama Datuak Tantejo Garano yang mempunyai jawi jantan bernama Balang Puntuang dan jawi betina bernama Balang Kanai yang di pakai untuk membajak sawah nya atau pun membantu membajak sawah sanak sodara dan tetangga nya.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, upacara adat., Tradisi., )

***)berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar