Budaya & tradisi, masyarakat desa Tenganan sendiri mayoritas bermata pencahrian sebagai pengrajin anyaman bambu, ukir ukiran dan yang paling terkenal dari desa Tenganan yaitu keahlian masyarakat dalam menenun kain gringsing. Dan yang tak kalah menarik dari desa ini yaitu suatu budaya & tradisi perang pandan atau sering juga di sebut dengan mekare kare (megeret pandan). Perang pandan merupakan salah satu ciri khas dari daerah Tenganan
Sebelum acara perang pandan dimulai, masyarakat berkumpul di sebuah bale panjang dimana disana terdapat gadis gadis dan laki laki setempat dengan mengenakan pakian adat tradisional berdiri berkumpul bersama. Di depan bale panjang terdapat sebuah arena (seperti arena tinju) yang nantinya akan digunakan sebagai tempat berlangsungnya perang pandan.
Perang pandan diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan, setelah itu perang pandan dimulai dengan membawa pandan yang telah di ikat dan sebuah pelindung (semacam tameng) kemudian mulai saling serang. Mereka berusaha untuk menggesekan duri pandan ke tubuh lawan tanpa mempedulikan darah yang mengucur di tubuh mereka yang terkena sabetan duri pandan yang tajam.
Duri pandan yang tertancap dalam atau merobek daging tubuh disusul cucuran darah segar adalah risiko bagi pelaga yang tidak tangkas menangkis. Namun, dari atraksi itu pengunjung juga disuguhi pemandangan kontras. Aksi saling melukai tersebut justru dilakukan sambil mengembangkan senyum ceria.
Acara ini merupakan budaya & tradisi turun temurun yang ada di daerah Tenganan yang mempunyai makna untuk menghormati Dewa Indra sebagai Dewa perang, dan sekaligus juga untuk mempererat rasa persaudaraan dan persahabatan antara warga setempat. Usai acara ini berlangsung, para peserta kemudian berkumpul untuk melakukan persembahyangan. Rangkaian akhir dari acara ini, para peserta perang pandan diikutsertakan dalam acara makan bersama (megibung) untuk lebih memperkuat rasa kebersamaan. Tampak terlihat tak ada dendam sama sekali dalam raut wajah mereka walaupun tubuh mereka terluka.
Bali hingga kini tetap melestarikan atraksi kuno yang menyuguhkan pemandangan kontras. Salah satu sisinya menampilkan atraksi menegangkan para pengunjung. Pasangan pria yang masing-masing dilengkapi perisai anyaman dan bersenjata seberkas potongan daun pandan berduri beradu ketangkasan untuk saling melukai lawannya.
***) dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar