Budaya & tradisi. Berdasarkan
hasil Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja) 2012 terhadap 209 etnis (20persen) dari total 1.068 etnis di 26
provinsi di Indonesia, di 26 provinsi di Indonesia, terdata ada sekitar 19.600
tumbuhan obat dan 15.500 ramuan yang memasyarakt. Dari temuan tersebut, tampak
jelas bahwa jamu tak hanya ada di Pulau Jawa. Jika ditelisik lebih lanjut,
jumlah tanaman herbal yang diramu tersebut tentu akan lebih banyak lagi
variasinya.
Jamu sudah lama menjadi budaya
& tradisi turun-temurun di Indonesia. Masyarakat dari sabang hingga Merauke
memiliki jamu khasnya masing-masing. “Tiap suku dan wilayah geografis memiliki
kearifan lokalnya tersendiri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama SpP MARS.
Tjandra merangkum ada sekitar
20 tumbuhan obat yang jama digunakan oleh sekitar 100 suku di Indonesia.
Beberapa di antaranya ialah kunyit, sirih, bawang putih, jeruk nipis, pinang,
mengkudu, kelapa, sosor bebek, sembung baju biji, jahe, kumis kucing, kencur
dan sirsak. “di Indonesia ada jamu yang
cukup dikeal luas, yakni jamu madura, bali dengan loloh, dan oukup dari
Sumatera Utara, ucapnya.
Budaya dan tradisi kesedian
jamu memang sangat beragam. Ada yang diminum dalam bentuk sirup, seduhan
(bubuk), rebusan (simplisia), tablet, pil, dan ekstrak dalam kapsul. Ada juga
yang diaplikasikan ke permukaan kulit,
misalnya, ramuan untuk luka baru, pilis (rempah yang ditempel di pelipis),
mandi dengan daun mindi untuk meredakan rasa gatal pada kulit. Ada juga jamu
luar (topical), seperti minyak gosok, aroma terapi serta olesan untuk
mengempeskan bentor dan mengusir gatal akibat gigitan nyamuk dan serangga lain.
Setiap orang memiliki selera
yang berbeda-beda dalam mengomsusi jamu. Sebagian lebih menyukai jamu yang
praktis diminum, mudah dibawa, dan rasa yang enak, “namun sebagian masyarakat
memilih jamu yang mantap, yakni jamu yang memiliki rasa pahit, ujar Tjandra.
***)qommarria rostanti
0 komentar:
Posting Komentar