Tanjidor adalah salah satu grup musik
tradisional Betawi yang sangat terkenal. Seni musik yang dimainkan secara
berkelompok ini sangat banyak dipengaruhi oleh musik Eropa. Musik Tanjidor
dikembangkan oleh masyarakat Betawi yang banyak tinggal di daerah Bekasi dan
Karawang. Daerah ini memang berdekatan dengan Jakarta sehingga budaya Betawi,
termasuk Tanjidor, juga sangat kental dalam kehidupan sosial budaya masyarakat
setempat.
Tanjidor
merupakan ensambel musik yang namanya lahir pada masa penjajahan Hindia
Belanda. Kata "tanjidor" berasal dari bahasa Portugis yaitu
“tangedor” yang berarti "alat-alat musik berdawai". Dalam
kenyataannya, kesenian “tangedor” di Portugis cukup berbeda dengan kesenian
Tanjidor di masyarakat Betawi, meskipun sistem tangga nadanya sama-sama
diatonik. Tanjidor yang dikembangkan masyarakat Betawi justru lebih didominasi
oleh alat musik tiup.
Alat-alat musik yang dimainkan dalam kesenian
Tanjidor terdiri dari klarinet (tiup), piston (tiup), trombon (tiup), saksofon
tenor (tiup), saksofon bas (tiup), drum (membranofon), simbal (perkusi), dan
tambur. Grup musik Tanjidor biasanya terdiri dari 7-10 orang yang memainkan
repertoar lagu diatonik maupun lagu-lagu yang bertangga nada pelog bahkan
slendro. Sekarang ini, musik Tanjidor lebih sering dipertunjukkan untuk
mengarak pengantin dan menyambut tamu agung.
Sementara zaman dahulu, para seniman Tanjidor
menggantungkan alat-alat musik Tanjidor di rumahnya saat musim bercocok tanam.
Namun setelah panen, mereka memainkan Tanjidor untuk mengamen dari rumah ke
rumah dan dari restoran ke restoran. Salah satu lagu yang sering dimainkan
berjudul Keramat Karam (Kramat Karem) yang tercipta karena peristiwa meletusnya
Gunung Krakatau yang menelan banyak korban
0 komentar:
Posting Komentar