Alunan
lagu oplosan dari seorang sinden dengan iringan gamelan Sunda di panggung yang
didirikan lapangan Pusat Pelatihan Basic Science Universitas Padjajaran (Unpad)
Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, terdengar keras. Di tengah, Tyson dan
Dinamit, dua domba aduan, saling melirik. Keduanya dipegang bobotoh
masing-masing yang menunggu aba-aba dari juri untuk melepas tali kekang domba
tersebut.
Juri
pun memberi tanda. Sontak tali kekang yang terbuat dari kulit perhiasan
manik-manik itu dilepas dari leher kedua domba. Tak lama kemudian kepala kedua
domba tersebut beradu. Sorakan penonton kian ramai saat benturan terjadi. Tidak
hanya sorakan, beberapa pendukung juga berjoget mengikuti suara gamelan.
Tradisi
Pertandingan itu mengizinkan domba melakukan benturan masksimal 20 kali. Juri
akan melakukan penghentian pertandingan bila salah satu domba tidak melawan
atau terlihat luka di tanduk atau luka di anggota badan lainnya.
Ajang
ketangkasan domba yang diselenggarakan Fakultas Peternakan Unpad serta
Perhimpunan Peternakan Domba dan Kambing Indonesia yang di ikuti 1000 domba
dalam tiga kategori. Tiga kategori dalam pertandingan yang memperebutkan piala
Rektor Unpad. Seekor sapi, dan alat elektronik, itu terdiri dari kelas A untuk
berat domba diatas 75 kg, kelaas B 65-75 kg. dan kelas C dibawah 65 kg.
Penilaian
diambil dari kesehatan, adeg-adeg, teknik bertanding, teknik pukulan, dan
keberanian. Pertandingan diawasi juri dna dinilai tiga wasit. Domba yang di izinkan harus
berusia 3 tahun yang ditandai dengan tanduk mengeras dan gigi lengkap. Harga
doma aduan mencapai sekitar Rp. 5 juta, tapi bisa melonjak bila ia menang
pertandingan. Tak hanya harga, gengsi sang pemiliknya juga turut mendongkrak.
Tradisi
ajang ketangkasan domba bukan semata ajang adu domba dan kambing di Jawa Barat
guna memperbaiki mutu produksi ternak mereka. Selain itu, menjadi hiburan
keluarga yang turut mendampingi sang kambing
0 komentar:
Posting Komentar