Sabtu, 04 April 2015

TRADISI BUDAYA SENI SASANDO


SALAH satu faktor yang mempengaruhi lahirnya kebudayaan suatu daerah adalah struktur dan kondisi alam dari daerah itu. Hal ini juga tampak yang terjadi pada kebudayaan orang Rote tempat asal alat musik sasando. Keberadaan tanaman lontar di Pulau Rote cukup memberi arti bagi NTT karena dari pohon itu, ide membuat sasando muncul, karena itu pohon lontar sendiri sebagai peletak dasar kebudayaan masyarakat.
Masyarakat Rote sendiri tidak memanfaatkan tanaman ini sebagai sumber kehidupan, yaitu sebagai penghasil tuak, sopi (minuman tradisional), gula lempeng,gula air, gula semut, tikar, haik, sandal, topi atap rumah maupun bahan bangunan, tetapi lebih dari itu, masyarakat sudah menganggap tanaman ini memiliki nilai lebih karena sudah menginspirasi lahirnya alat musik sasando. Sampai sekarang daun pohon lontar ini masih tetap dipertahankan sebagai resonator alat musik ini.
Sasando yaitu alat musik yang ditemukan sejak abad 15.  sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, dan kecapi. Tetapi keunikannya adalah bagian utama sasando berbentuk tabung panjang seperti harpa yang biasanya terbuat dari bambu. Sasando mempunyai media pemantul suara yang terbuat dari daun pohon gebang (sejenis pohon lontar yang banyak tumbuh di Pulau Timor dan Pulau Rote) yang dilekuk menjadi setengah melingkar.Sasando berbentuk tabung panjang yang biasanya terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah yang diberi ganjalan-ganjalan, di mana senar-senar (dawai-dawai) direntangkan di tabung dari atas ke bawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda pada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.
Cara memainkan alat musik ini yaitu dengan dipetik. Hampir sama dengan gitar atau harpa memang, hanya saja Sasando mempunyai bunyi yang merdu, khas dan unik. Selain memiliki ciri khas suara yang unik, Sasando juga memiliki khas lainnya yakni dari segi bahan pembuatannya. Sasando dibuta menggunakan bahan anyaman daun lontar dan bambu yang memiliki bentuk tabung panjang. Sedangkan dawainya terbuat dari bahan yang halus seperti senar string.
Meskipun cara memainkann hampir sama dengan alat musik petik sejenis, bukan berarti itu merupakan hal yang mudah. Diperlukan keterampilan dan skill khusus untuk bisa mahir memainkan Sasando, terutama keahlian dalam menguasai teknik dan keterampilan jari jemari untuk memetik dawai. Selain itu memainkannya harus menggunakan dua tangan dengan arah yang berlawanan. Tangan kanan berfungsi untuk memainkan akord, sedangkan tangan kiri berfungsi sebagai pengatur melodi dan bass. Jadi diperlukan tingkat konsentrasi dan fokus yang tinggi.
Sasando biasanya dimainkan untuk beberapa keperluan seperti untuk menyambut tamu penting, menghibur orang yang sedang berduka cita hingga sebagai pengiring untuk tarian serta upacara adat.
Jenis-Jenis Sasando
Sasando sendiri terdiri dari dua jenis yaitu Sasando Gong dan Sasando Biola. Sasando Gong ini pada awalnya hanya memiliki tujuh dawai atau tujuh nada, namun saat ini telah berkembang menjadi sebelas dawai. Sedangkan sasando Biola awalnya memiliki 30 dawai/nada, namun kini telah berkembang menjadi 32 dan 36 dawai. Dan bentuk Sasando Biola lebih besar karena menggunakan diameter bambu yang lebih besar.
Saat ini Sasando telah berkembang menjadi sebuah alat musik kontemporer yang bervariasi. Salah satu pengembangan dari Sasando tradisional adalah Sasando Elektrik (umumnya memiliki 30 dawai). Sasando jenis ini telah diberi sentuhan teknologi. Sehingga bunyi dari Sasando Elektrik ini dapat diperbesar melalui alat pengeras suara.
(Adat, Budaya, Ciri Khas, Kesenian, Tradisi, )



***)bebagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar